The Meaning of True Love
(Tiada hari tanpa ngobrolin cinta…)
Meski tidak semua orang mengetahui apa makna cinta yang
sesungguhnya namun mereka seakan tak pernah lelah dan bosan untuk membicarakan
cinta ataupun sesuatu yang berkaitan dengan cinta. Makna cinta pun terus
digali dari zaman ke zaman seakan tak ada habisnya. Sebenarnya apa itu “Cinta
Sejati” dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?
Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Masyarakat di belahan bumi manapun saat
ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta Sejati’, dan dibuai oleh impian ‘Cinta
Suci’.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah
cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang selama ini menghiasi hati
kita?
Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous
University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan.
Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya
karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang
mengaktifkan rasa cinta itu telah habis.
Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta
disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak,
berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang
membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika
kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang.
Ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta
pasangan dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya? Ataukah
Anda ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta dan juga betapa bahagianya
mencintai dan dicintai?
Bila mencintai karena
kecantikan atau ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia
adalah orang tercantik dan tertampan, telah luntur. Bila dahulu rasa cinta
kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka saya yakin saat ini,
kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata Anda. Bila rasa cinta bersemi karena
ia adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang di masyarakat, maka
saat ini kedudukan itu tidak lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan
pandangan Anda.
Bila terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal
ia bukan suami atau istri dan bahkan bukan apa-apa kita , ada baiknya bila kita
menguji kadar cinta Anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta
kepadanya. Coba duduk sejenak, membayangkan kekasih kita dalam keadaan ompong
peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang reot.
Akankah rasa cinta masih menggemuruh sedahsyat yang kita rasakan saat ini?
Ulama’ sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin
Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan,
ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila
bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan
menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari
itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan
badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu
sering kali merangkaikan bait-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya.
Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:
Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri
Samawah Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku? Hatiku senantiasa
diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita Paras wajahnya selalu membayangi
mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya, Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan aku pun bertemu.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya, Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan aku pun bertemu.
Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai
Khalifah Umar bin Al Khathab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga
tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia
berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk salah
satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman
radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah, takdir Allah setelah kaum muslimin berhasil
menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang.
Maka impian Abdurrahman pun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar
radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perang pun segera
diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Anda bisa bayangkan, betapa
girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya benar-benar kesampaian.
Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila,
sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan
perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku
Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang
merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah
engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara
Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble”
(jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur
dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain,
maka sekarang ia pun bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang
Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini,
Laila pun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha.
Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyah pun segera menegur saudaranya dengan
berkata:
Ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh
Laila bintu Al Judi? Ataukah Anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami
oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?
Tidak heran bila nenek moyang kita telah mewanti-wanti Anda
agar senantiasa waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini
dalam ungkapan yang cukup unik: Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding
rumput sendiri.
Anda
penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
. Dalam pepatah Arab dinyatakan:
Cintamu
kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Akan
tetapi setelah hubungan antara Anda berdua telah halal, maka spontan setan
menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi membentangkan tabir di
mata, setan malah berusaha membendung badai asmara yang telah menggelora dalam
jiwa. Saat itulah, mulai menemukan jati diri seperti apa adanya. Saat itu mulai
menyadari bahwa hubungan dengan pasangan tidak hanya sebatas urusan paras
wajah, kedudukan sosial, harta benda. Kita mulai menyadari bahwa hubungan
suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan
harta kekayaan.
Mungkin
kita bertanya, lalu bagaimana saya harus
bersikap?
Bersikaplah
sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani. Dengan demikian,
tabir asmara tidak menjadikan pandangan kabur dan tidak mudah hanyut oleh
bualan dusta dan janji-janji palsu.
Mungkin
Anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak
untuk mendapatkan cinta suci? Kepada siapakah saya harus menambatkan tali
cinta?
Simaklah
jawabannya dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam:
“Bila
ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu
melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan
dan kerusakan besar di muka bumi.”
(Riwayat At Tirmidzi dan lainnya)
Cinta
yang tumbuh karena iman, amal shalih, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa
bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak pula luntur karena
hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput.
Hanya
cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati.
Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak
pula luntur karena guyuran air hujan.
Yahya
bin Mu’az berkata: “Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena
orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena
ia berlaku kasar kepadamu.” Yang demikian itu karena cinta tumbuh
bersemi karena adanya iman, amal shalih dan akhlaq mulia, sehingga bila iman
orang yang kita cintai tidak bertambah, maka cinta pun tidak akan bertambah.
Dan sebaliknya, bila iman orang yang Anda cintai berkurang, maka cinta Anda pun
turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan
atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia.
Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.
Setelah
membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah cinta Anda
suci? Benarkah cinta Anda adalah cinta sejati? Buktikan ………………!…
Wallahu
a’alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang
kurang berkenan atau menyinggung perasaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar