Rabu, 29 September 2021

Gharizah

 Ghara'iz (naluri-naluri) adalah bentuk jamak dari kata gharizah yang artinya naluri. Naluri atau insting adalah potensi pada diri manusia untuk cenderung terhadap sesuatu (benda) dan perbuatan.

Gharizah adalah qadar yang diberikan langsung oleh Allah, atau bisa juga kita sebut dengan naluri dan kebutuhan yang dimiliki oleh setiap makhluk ciptaan-Nya. jika dalam kebutuhan jasmani jika tidak dapat dipenuhi akan menimbulkan kematian, namun jika gharizah (naluri) ini tidak terpenuhi, tidak akan berdampak pada kematian. Hanya saja akan menimbulkan kegelisaan dan kesempitan pada manusia.

1.      Gharizatut Tadayyun

Naluri beragama (Gharizatut Tadayyun). Penampakannya mendorong manusia untuk mensucikan sesuatu yang mereka anggap sebagai wujud dari Sang Pencipta, maka dari itu dalam diri manusia ada kecenderungan untuk beribadah kepada Allah, perasaan kurang, lemah dan membutuhkan kepada yang lainya.   Hanya saja diantara manusia banyak yang keliru dalam rangka memenuhi kebutuhan naluri yang satu ini.

Contohnya diantara manusia ada yang menyembah patung-patung berhala, mensucikan atau mengagung-agungkan pohon keramat, dijawa ada khurafat “Dewi Sri, Nyi roro kidul”,mensucikan batu akik yang dipercaya dapat menolong dalam kesusahan, mensucikan kuburan-kuburan nenek moyang yang dipercaya dapat mengabulkan permohonan lebih cepat, mensucikan keris dan pusaka-pusaka jaman dahulu yang dipercaya memiliki kekuatan sakti untuk keselamatan, menyembah sesama manusia dan lain-lain.

2.      Gharizatul Baqa

Naluri mempertahankan diri (Gharizatul Baqa). Penampakanya mendorong manusia untuk melaksanakan berbagai aktivitas dalam rangka melestarikan kelangsungan hidup. Contohnya pada kehidupan sehari-hari adalah naluri untuk mempertahan diri dari ancaman luar seperti binatang buas, penjahat, atau hal-hal lain yang mengancam dirinya. Bentuk dari pertahanan dirinya adalah saat timbul rasa untuk melawan ataupun melarikan diri dari setiap bahaya agar tetap bertahan hidup.

Untuk lebih jelasnya seperti pada saat menghadapi anjing maka secara spontan kita akan mengambil batu disekitar untuk melawan atau memilih melarikan diri dengan berlari sekencang-kencangnya demi keselamatan diri. Pada saat melawan penjahat, jika merasa memiliki kemungkinan menang maka kita akan bertahan dan menghadapinya namun pada saat tidak ada kemungknan untuk menang, kita akan memilih untuk mundur atau menyerah agar tidak tersakiti. Hal itu juga merupakan bentuk dari pertahanan diri untuk kelangsungan hidup.

Contoh lain yakni pada saat mempertahankan pendirian atau argumen dalam forum diskusi untuk melindungi kepentingan diri atau bersama, terutama jika itu berkaitan dengan hal hal yang menyangkut kelangsungan hidup kedepannya.

3.      Gharizatun nau’

Naluri melangsungkan keturunan (Gharizatun nau’). Penampakanya akan mendorong manusia melangsungkan jenis manusia. Sebagai penampakan dari naluri ini, manusia memiliki kecenderungan seksual, rasa kebapakkan, rasa keibuan, cinta pada anak2, cinta pada orang tua, cinta pada orang lain dan lain-lain.

Contohnya pada kehidupan sehari-hari adalah seorang ayah yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, seorang ibu yang sangat menyayangi dan melindungi anakanaknya. Seorang laki-lak yang memiliki perasaan suka pada lawan jenis. Adanya naluri ini telah banyak diisyaratkan dalam Al-Quran.  


Senin, 27 September 2021

Sikap Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari

 

Toleransi adalah sikap manusia untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan, baik antar individu maupun kelompok. Untuk menghadirkan perdamaian dalam keberagaman, perlu menerapkan sikap toleransi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi berasal dari kata 'toleran' yang artinya bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Secara etimologi, toleransi berasal dari bahasa latin, 'tolerare' yang artinya sabar dan menahan diri. Sedangkan secara terminologi, toleransi adalah sikap saling menghargai, menghormati, menyampaikan pendapat, pandangan, kepercayaan kepada antarsesama manusia yang bertentangan dengan diri sendiri.

Berdasarkan arti secara bahasa, toleransi dapat dimaknai sebagai kemampuan setiap orang untuk bersabar dan menahan diri terhadap hal-hal yang tidak sejalan dengannya.

Dalam kehidupan sehari-hari toleransi biasanya dikaitkan dengan perbedaan agama atau kepercayaan. Namun, toleransi bisa juga dihubungkan dengan perbedaan lainnya, seperti suku, ras, hingga warna kulit.

Dengan adanya sikap toleransi, konflik dan perpecahan antarindividu maupun kelompok tidak akan terjadi. Banyak orang menyebut toleransi sebagai kunci utama perdamaian yang patut dijaga.

Hal tersebut penting untuk diperhatikan mengingat bangsa Indonesia mempunyai latar belakang perbedaan yang beragam, mulai keyakian, suku, ras, hingga warna kulit.

 

1.      Sikap Toleransi dalam Beragama

a.       Menghormati hak dan kewajiban umat agama lain.

b.      Berteman dengan teman-teman tanpa membeda-bedakan agama dan kepercayaannya.

c.       Tidak menghalangi umat agama lain yang sedang beribadah.

d.      Tidak memaksakan ajaran dan kepercayaan agama kita kepada orang yang lain agamanya.

e.       Menghargai hari besar umat agama lainnya.

f.       Menumbuhkan kerukunan dan perdamaian antarumat beragama.

g.      Menghormati Muslim yang berpuasa dengan tidak makan atau minum di depannya.

h.      Tidak mengolok-olok ajaran agama lain.

i.        Membantu sesama masyarakat tanpa melihat latar belakang agamanya.

j.        Tidak mencampuraduk akidah dalam beribadah antarmasyarakat yang berbeda agama dengan embel-embel toleransi.

k.      Tidak mempersekusi umat agama lain yang beribadah.

 

2.      Sikap Toleransi di Rumah

a.       Saling menyayangi antaranggota keluarga di rumah.

b.      Anak-anak harus berbakti pada kedua orang tua di rumah.

c.       Menghargai pendapat dan pemikiran dari anggota keluarga lain.

d.      Menghormati anggota keluarga yang lebih tua, misalnya adik menghormati kakak dan anak menghormati orang tua.

e.       Menjalankan peran dalam keluarga dengan baik.

f.       Saling membantu antaranggota keluarga jika ada yang kesusahan.

g.      Mengajarkan pendidikan moral dan agama pada anak-anak di rumah sejak kecil.

h.      Tidak memaksakan keinginan pada anggota keluarga lain.

i.        Menghargai anggota keluarga yang berbeda agama dan kepercayaan.

j.        Orang tua harus perhatian dan menyayangi anak-anaknya.

3.      Sikap Toleransi di Sekolah

a.       Tidak memilih-milih teman berdasarkan agama dan sukunya.

b.      Sekolah memberi pendidikan agama sesuai agama tiap-tiap siswa.

c.       Berbuat baik kepada semua teman tanpa terkecuali.

d.      Tiap siswa diperbolehkan untuk berdoa sesuai agama dan keyakinan masing-masing.

e.       Menghormati teman agama lain yang berdoa atau beribadah.

f.       Tidak mengolok-olok siswa lain yang berbeda agama atau sukunya.

g.      Menghormati guru dan tenaga didik lain yang lebih tua.

h.      Memberi waktu bagi siswa untuk menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing.

i.        Menjenguk teman yang sedang sakit.

4.      Sikap Toleransi di Masyarakat

a.       Berbuat baik kepada tetangga tanpa membeda-bedakan suku dan agamanya.

b.      Ikut serta dalam kerja bakti desa secara rutin.

c.       Menghormati orang dari agama lain yang sedang beribadah.

d.      Menghargai pendapat warga lain yang berlainan ketika mengadakan rapat atau musyawarah.

e.       Memberi bantuan terhadap korban bencana alam yang sedang membutuhkan tanpa melihat latar belakang agamanya.

f.       Tidak mengganggu peribadatan agama lain

g.      Menghormati adat istiadat yang berkembang di masyarakat.

h.      Bersikap sopan santn pada warga lain yang lebih tua.

i.        Tidak memancing konflik SARA antarsuku atau agama, senantiasa menjaga kerukunan.

j.        Menjalankan dan mematuhi aturan yang diterapkan di lingkungan masyarakat.

Kamis, 23 September 2021

Fungsi Pakaian Menurut Islam


Pakaian atau busana memiliki beberapa fungsi yaitu:

1. Penutup aurat:

Aurat adalah anggota badan tertentu yang tidak boleh dilihat kecuali oleh orang-orang tertentu. oleh karena itu, pakaian berfungsi untuk menutup aurat

Bukan hal asing lagi di telinga kita bahwa Islam sangat mewajibkan umatnya untuk mengenakan busana yang menutup aurat. Bahkan seringkali menjadi perdebatan, khususnya wanita yang tidak berbusana yang menutup aurat sebagaimana mestinya dan dianggap seperti “berpakaian tapi telanjang”.

Di dalam Al Quran Surat Al-Araf Ayat 26 sudah menegaskan bahwa berpakaian yang menutup aurat merupakan wujud menjaga martabat dan kehormatan diri.

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْءٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ

Artinya  : Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.

Dengan demikian mereka yang sengaja berpakaian tidak menutup aurat dianggap telah merusak kehormatannya. Dalam Qs. al-A’raf: 26 juga menjelaskan bahwasanya aurat adalah cela atau aiba yang harus ditutup dengan berbusana sesuai syariat Islam. Dosa besar bagi setiap orang yang masih berpakaian tidak menutup aurat, baik pria maupun wanita.

Jadi, buat para muslim dan muslimah pilihlah jenis pakaian yang menurut aurat. Aurat wanita muslimah adalah seluruh tubuh, kecuali bagian wajah dan kedua telapak tangan. Sementara pada pria aurat meliputi bagian tubuh dari pusar hingga lutut.

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat berbusana agar sesuai dengan fungsi pakaian menurut Islam, meliputi:

a.       Busana yang Tebal/ Tidak Transparan

Kenakanlah pakaian yang berbahan tebal sehingga tidak tembus pandang ke kulit tubuh. Sesuai yang tercantum dalam QS An-Nur Ayat 31 bahwa seorang wanita hendaknya menutupi bagian dadanya dengan kain kerudung dan janganlah menampakannya kecuali di depan suami atau ayah mereka.

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آَبَائِهِنَّ أَوْ آَبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya :  Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. (QS An-Nur Ayat 31)

b.      Busana yang Tidak Memperlihatkan Lekuk Tubuh

Khususnya bagi muslimah, janganlah menggunakan pakaian yang ketat sehingga tampak lekuk-lekuk bagian tubuh. Kamu bisa menggunakan model baju longgar atau rangkap sehingga dapat menutupi lekukan tubuh.

c.       Busana yang Tidak Berlebihan

d.      Agama Islam juga melarang umatnya mengenakan pakaian yang berlebihan. Busana yang berlebihan cenderung menunjukkan keriyaan (kesombongan) yang tentunya bukan ajaran dalam Islam.

2.      Hiasan dan Pakaian Ketaqwaan

Fungsi pakaian menurut Islam lainnya yakni sebagai penghias diri agar terlihat lebih indah dan rapi. Tidak heran jika kita ingin membeli baju yang bagus untuk menunjang penampilan dan terlihat menarik di mata orang lain.

Allah Berfirman :

 

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

Artinya : Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian taqwa itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat. (Q.S. Al-A’raf/7: 26)

 

Memilih model dan jenis busana yang tepat, lengkap beserta aksesorisnya juga akan meningkatkan daya tarik kita di hadapan orang di sekitar. Terlebih Allah SWT merupakan zat yang mencintai keindahan, sehingga perhatikanlah penampilan kalian. Ibarat seperti kata pepatah bahwa kebersihan sebagian dari iman. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan jaman yang semakin modern, pakaian memang menjadi bagian penting dalam peradaban kehidupan manusia. Namun di mata Islam, pakaian bukan hanya sekedar pertimbangan sosial saja melainkan sebagai bentuk ketakwaan dan keyakinan kepada Allah.

Secara tidak langsung, mengenakan busana yang sempurna turut menjaga kehormatan seorang manusia diamanpun mereka berada. Eksistesinya mampu menunjukkan kepribadian penggunanya. Kendati demikian, kembali lagi bahwa seorang muslim sebaiknya tidak berlebih-lebihan dalam menggunakan busana. Hal yang paling penting dan utama yakni menutup aurat.

Berhias  adalah  naluri  manusia.  Seorang sahabat Nabi pernah bertanya kepada Nabi, “Seseorang yang senang pakaiannya indah dan alas kakinya indah (Apakah termasuk keangkuhan?”) Nabi menjawab, “Sesungguhnya Allah indah, senang kepada keindahan, keangkuhan adalah menolak kebenaran dan menghina orang lain.”

Adapun yang dimaksud dengan pakaian taqwa menurut sahabat Ibnu Abbas r.a. sebagaimana diterangkan dalam kitab At-Tafsir Al-Munir adalah iman dan amal shalih. Artinya, umat muslim tidak boleh hanya memperhatikan pakaian luar saja tetapi pakaian taqwanya juga harus diperhatikan dengan melakukan amal-amal yang baik. Bahkan hal ini lebih baik dan lebih dekat kepada Allah swt.

3.      Melindungi dari bencana:

Di dalam Al-Qur'an terdapat ayat yang menjelaskan fungsi pakain yakni Q.S. An-Nahl [16]: 81 yang menjelaskan bahwa pakaian dapat memelihara dari bencana, dari sengatan panas dan dingin.

وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ

Artinya : Dia menjadikan pakaian bagimu yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikian Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu agar kamu berserah diri (kepada-Nya). (QS Al-Nahl [16]: 81)

Maksudnya pakaian dapat menghindarkan seseorang terjerumus ke dalam bencana dan kesulitan, baik bencana duniawi maupun ukhrawi. Islam mengatur mengenai etika berpakaian adalah dengan menutup aurat. Sesorang wanita muslimah akan mendapati syariat Islam sebagai pelindung yang sempurna yang menjamin (iffah) kesucian dirinya, menempatkannya dalam posisi yang terhormat sekaligus menyandang derajat tinggi. Adapun aturan yang diwajibkan atas mereka dalam berpakaian dan berhias tidak lain sebagai tindakan preventif

4.      Penunjuk identitas:

 

Fungsi  identitas pakaian ini disyaratkan  oleh Al-Qur'an surat Al Ahzab [33]: 59

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat ini menunjukkan bahwa fungsi pakaian adalah sebagai identitas yang membedakan sifat atau profesi antara satu orang dengan yang lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa ayat tersebut turun untuk membedakan antara perempuan muslimah dengan perempuan jahiliyyah yang tidak mau menutup auratnya.

Islam menganjurkan umatnya untuk memadupadankan semua fungsi tersebut atau minimal untuk menutup aurat. Namun, ada pula yang mengabaikan fungsi pakaian untuk menutup auratnya dan lebih mementingkan fashion saja. Sebaliknya, ada pula yang hanya mencukupkan sekedar berpakaian tanpa mengindahkan keindahan; yakni dengan berpakaian sekenanya saja, bahkan tidak indah dipandang mata.

Demikianlah empat fungsi pakaian dalam al-Qur’an. Pakaian dalam ayat-ayat di atas tidak hanya bermaksud sebagai pakaian penutup, tapi juga sebagai bentuk ketakwaan. Wa Allahu a’lam bis shawab.

 


Rabu, 08 September 2021

Mutiara Surat Luqman Ayat 13-14


وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14)

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia member pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah Swt., sesungguhnya mempersekutukan (Allah Swt.) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu, hanya kepada-Ku lah kembalimu” (Q.S.Luqman/31:13-14).

 

Surah Al-Luqman adalah surah ke-31 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 34 ayat dan termasuk dalam golongan surah Makkiyah. Quraish Shihab, menjelaskan bahwa  asbabulnuzul surah Luqman ayat 13 adalah ketika Rasulullah SAW menyampaikan ayat 82 surah Al-An'am yang mengisahkan penyesalan orang-orang musyrik akibat kemusyrikannya. Kemudian para sahabat merasa kesulitan untuk menghindarkan keimanan dari kezaliman. Kemudian, Rasulullah membacakan ayat yang baru turun ini yang mengisahkan cara Luqman mengantisipasi putranya agar tidak syirik. Wasiat Luqman kepada anaknya.

Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar mengatakan, Luqman Al Hakim bukanlah orang yang lahir dari kalangan nabi. Ia adalah orang biasa. Akan tetapi, namanya diabadikan menjadi satu surat dalam Al Quran, Menurut riwayat Ibn Abbas, Luqman Al Hakim adalah seorang pencari kayu bakar di Habsy. Ia tidak terlahir dari kalangan nabi, ulama, maupun kaum terpandang lain. Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa Luqman Al Hakim hidup di zaman Nabi Daud AS. Sementara Adil Musthafa Abdul Halim dalam bukunya Kisah Bapak dan Anak dalam Al Quran menjelaskan, ada pendapat yang mengatakan bahwa Luqman adalah pengembala domba, tukang kayu, penjahit, dan ada pula yang mengatakan bahwa dia adalah seorang budak milik Bani al-Hashaas

Surat Luqman ayat 13 adalah ayat yang mengabadikan pelajaran Luqman al Hakim kepada anaknya. Yakni pelajaran paling utama, tauhid. Luqman mengatakan kepada anaknya agar jangan menyekutukan Allah. Karena menyekutukan Allah adalah perbuatan aniaya yang paling besar.

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya. “Kemudian ia mengingatkan anaknya bahwa syirik adalah kezaliman yang paling besar.” Mengapa syirik merupakan kezaliman terbesar? Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, zalim adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Sedangkan syirik, ia adalah kezaliman terbesar karena berkaitan dengan pokok aqidah, menyamakan dan menyetarakan Sang Khaliq dengan makhluk

Surat Luqman ayat 14 adalah ayat yang memerintahkan birrul walidain, berbakti kepada kedua orangtua. Terutama kepada ibunya yang telah mengandung dalam kondisi lemah dan payah yang semakin bertambah seiring bertambahnya usia kehamilan. Lalu ia melahirkan dan menyusui hingga dua tahun.

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua.

1.      Menjalankan perintah.

Ketika orang tua kamu memberikan perintah, maka segera kerjakan. Jangan menunda apalagi menolaknya. Sebagai anak yang berbakti tentu senang jika melihat orang tua juga senang, bukan sebaliknya

2.      Tidak melawan saat diberi nasihat.

Ini hal yang sering dilakukan anak muda zaman sekarang, melawan orang tua. Biasanya orang tua memberi nasihat demi kebaikan anaknya

3.      Membantu pekerjaan rumah.

Sebagai anak sangat disarankan untuk membantu pekerjaan rumah. Selain meringankan beban orang tua, kamu juga bisa belajar menghargai jerih payah mereka. Minimal menyapu lantai, mengepel, cuci piring atau cuci baju sendiri.

4.      Bersikap sopan dan santun.

Jangan sampai kamu jadi anak yang seenaknya sendiri dan tidak perduli dengan orang tua. Semua hal perlu diiringi dengan sopan santun, terutama kepada orang tua.

5.      Tidak membentak.

Semarah-marahnya kamu kepada orang tua, jangan pernah membentak mereka. Kalau kamu salah dan diberi nasihat cukup dengarkan dan patuhi perintahnya

6.      Selalu mendoakan.

Kapan pun dan di mana pun kamu berada, doakanlah orang tua. Mohon kesehatan dan keselamatan untuk mereka.

7.      Menjadi kebanggaan.

Kebangaan di sini yaitu bisa dijadikan contoh yang baik karena mempunyai prestasi. Cobalah berbagai kegiatan yang mampu membawamu pada sebuah prestasi.

 

Lalu Allah menutup ayat 14 dari Surat Luqman ini dengan memerintahkan untuk bersyukur kepada-Nya dan berterima kasih kepada kedua orangtua. Dia juga mengingatkan tempat kembali manusia. Bahwa kelak semua orang akan kembali kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya.

1.      Berikut ini isi kandungan Surat Luqman ayat 13-14 yang kami sarikan dari beberapa referensi Orangtua harus mendidik anak-anaknya untuk bertauhid kepada Allah SWT. Pendidikan ini yang paling utama sehingga menjadi pendidikan pertama yang diberikan Luqman kepada anaknya.

2.      Larangan berbuat syirik karena Syirik (menyekutukan Allah) merupakan kezaliman yang paling besar. Tidak ada perbuatan zalim atau aniaya yang melebihi besarnya dosa syirik.

3.      Perintah birrul walidain. Seorang anak wajib berbakti kepada kedua orangtuanya. Terutama kepada ibu yang telah mengandung, melahirkan dan mengasuhnya dengan penuh susah payah.

4.      Wajib bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada orangtua.

5.      Mengingatkan bahwa semua manusia akan kembali kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia

Demikianlah ulasan Mutiara  Al-Qur’an Surat Luqman ayat 13-14. Sumber Buku Pendidikan Agama Islam Kelas XII Sekolah Menengah kejuruan (SMK) Negeri Kalibaru . semoga bermanfaat. Aamiin