Minggu, 22 Juli 2012
Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali (3)
Dunia ini adalah sebuah panggung atau pasar yang disinggahi
oleh para musafir di tengah perjalannya ke tempat lain. Di sinilah mereka
membekali diri dengan berbagai perbekalan untuk perjalanan itu. Jelasnya, di
sini manusia dengan menggunakan indera-indera jasmaniahnya, memperoleh sejumlah
pengetahuan tentang karya-karya Allah serta, melalui karya-karya tersebut,
tentang Allah sendiri. Suatu pandangan tentang-Nya akan menentukan kebahagiaan
masa-depannya. Untuk memperoleh pengetahuan inilah ruh manusia diturunkan ke
alam air dan lempung ini. Selama indera-inderanya masih tinggal bersamanya,
dikatakan bahwa ia berada di "alam ini". Jika kesemuanya itu pergi
dan hanya sifat-sifat esensinya saja yang tinggal, dikatakan ia telah pergi ke
"alam lain".
Sementara manusia berada di dunia ini ada dua hal yang
perlu baginya. Pertama, perlindungan dan pemeliharaan jiwanya; kedua, perawatan
dan pemeliharaan jasadnya. Pemeliharaan yang tepat atas jiwanya, sebagaimana
ditunjukkan di atas, adalah pengetahuan dan cinta akan Tuhan. Terserap ke dalam
kecintaan akan segala sesuatu selain Allah berarti keruntuhan jiwa. Jasad bisa
dikatakan sebagai sekadar hewan tunggangan jiwa dan musnah, sementara jiwa
terus abadi. Jiwa mesti merawat badan persis sebagaimana seorang peziarah,
dalam perjalanannya ke Makkah, merawat ontanya. Tetapi jika sang peziarah
menghabiskan waktunya untuk memberi makan dan menghiasi ontanya, kafilah pun
akan meninggalkannya dan ia akan mati di padang pasir.
Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah manusia itu sederhana saja,
hanya terdiri dari tiga hal; makanan, pakaian dan tempat tinggal. Tetapi
nafsu-nafsu jasmaniah yang tertanam di dalam dirinya dan keinginan untuk
memenuhinya cenderung untuk memberontak melawan nalar yang lebih belakangan
tumbuh dari nafsu-nafsu itu. Sesuai dengan itu, sebagaimana kita lihat di atas,
mereka perlu dikekang dan dikendalikan dengan hukum-hukum Tuhan yang disebarkan
oleh para nabi.
Sedangkan mengenai dunia yang mesti kita garap, kita dapati
ia terkelompokkan dalam tiga bagian, hewan, tetumbuhan dan barang tambah.
Produk-produk dari ketiganya terus-menerus dibutuhkan oleh manusia dan telah
mengembangkan tiga pekerjaan besar; pekerjaan para penenun, pembangun dan
pekerja logam. Sekali lagi, semuanya itu memiliki banyak cabang yang lebih
rendah seperti penjahit, tukang batu dan tukang besi. Tidak ada daripadanya
yang bisa sama sekali bebas dari yang lain. Hal ini menimbulkan berbagai macam
hubungan perdagangan dan seringkali mengakibatkan kebencian, iri hari, cemburu
dan lain-lain penyakit jiwa. Karenanya timbullah pertengkaran dan perselisihan,
kebutuhan akan pemerintahan politik dan sipil serta ilmu hukum.
Demikianlah, pekerjaan-pekerjaan dan bisnis-bisnis di dunia
ini telah menjadi semakin rumit dan menimbulkan kekacauan. Sebab utamanya
adalah manusia telah lupa bahwa kebutuhan-kebutuhan mereka sebenarnya hanya
tiga; pakaian, makanan dan tempat tinggal, dan bahwa kesemuanya itu ada hanya
demi menjadikan jasad sebagai kendaraan yang layak bagi jiwa di dalam
perjalanannya menuju dunia berikutnya. Mereka terjerumus ke dalam kesalahan
yang sama sebagaimana sang peziarah menuju Makkah yang, karena melupakan tujuan
ziarah dan dirinya sendiri, terpaksa menghabiskan seluruh waktunya untuk
memberi makan dan menghiasi ontanya. Seseorang pasti akan terpikat dan
terseibukkan oleh dunia - yang oleh Rasulullah dikatakan sebagai tukang sihir
yang lebih kuat daripada Harut dan Marut - kecuali jika orang tersebut
menyelenggarakan pengawasan yang paling ketat.
Watak penipu dari dunia ini bisa mengambil berbagai bentuk.
Pertama, ia berpura-pura seakan-akan bakal selalu tinggal dengan anda,
sementara nyatanya ia pelan-pelan menyingkir dari anda dan menyampaikan salam
perpisahan, sebagaimana suatu bayangan yang tampaknya tetap, tetapi kenyatannya
selalu bergerak. Demikian pula, dunia menampilkan dirinya di balik kedok nenek
sihir yang berseri-seri tetapi tak bermoral, berpura-pura mencintai anda,
menyayangi anda dan kemudian membelot kepada musuh anda, meninggalkan anda mati
merana karena rasa kecewa dan putus asa. Isa a.s. melihat dunia terungkapkan
dalam bentuk seorang wanita tua yang buruk muka. Ia bertanya kepada wanita itu,
berapa banyak suami yang dipunyainya, dan mendapat jawaban, jumlahnya tak
terhitung. Ia bertanya lagi, telah matikah mereka ataukah diceraikan. Kata si
wanita, ia telah memenggal mereka semua. "Saya heran", kata Isa a.s.,
"atas kepandiran orang yang melihat apa yan gtelah kamu kerjakan kepada
orang lain, tetapi masih tetap menginginimu." Wanita sihir ini mematut
dirinya dengan pakaian indah-indah dan penuh permata, menutupi mukanya dnegan
cadar, kemudian mulai merayu manusia. Sangat banyak dari mereka yang
mengikutinya menuju kehancuran diri mereka sendiri. Rasulullah saw. Bersabda
bahwa di Hari Pengadilan, dunia ini akan tampak dalam bentuk seorang nenek
sihir yang seram, dengan mata yang hijau dan gigi bertonjolan. Orang-orang yang
melihat mereka akan berkata, "Ampun! Siapa ini?" Malaikat pun akan
menjawab, "Inilah dunia yang deminya engkau bertengkar dan berkelahi serta
saling merusakkan kehidupan satu sama lain." Kemudian wanita itu akan
dicampakkan ke dalam neraka sementara dia menjerit keras-keras, "Oh Tuhan,
di mana pencinta-pencintaku dahulu?" Tuhan pun kemudian akan memerintahkan
agar mereka juga dilemparkan mengikutinya.
Siapa pun yang mau secara serius merenung tentang keabadian
yang telah lalu, akan melihat bahwa kehidupan ini seperti sebuah perjalanan
yang babakannya dicerminkan oleh tahun, liga-liga (ukuran jarak, kira-kira sama
dengan tiga mil) oleh bulan, mil-mil oleh hari, dan langkah-langkah oleh saat.
Kemudian, kata-kata apa yang bisa menggambarkan ketololan manusia yang berupaya
untuk menjadikannya tempat tinggal abadi dan membuat rencana-rencana untuk
sepuluh tahun mendatang mengenai apa-apa yang boleh jadi tak pernah ia
butuhkan, karena sangat mungkin ia sepuluh hari lagi sudah berada di bawah
tanah.
Orang-orang yang telah mengumbar diri tanpa batas dengan
kesenangan-kesenangan dunia ini, pada saat kematiannya akan seperti seseorang
yang memenuhi perutnya dengan bahan makanan terpilih dan lezat, kemudian
memuntahkannya. Kelezatannya telah hilang, tetapi ketidak-enakannya tinggal.
Makin berlimpah harta yang telah mereka nikmati - taman-taman, budak-budak laki
dan perempuan, emas, perak dan lain sebagainya - akan makin keraslah mereka
rasakan kepahitan berpisah dari semuanya itu. Kepahitan ini akan terasa lebih
berat dari kematian, karena jiwa yan gtlah menjadikan ketamakan sebagai suatu
kebiasaan tetap akan menderita di dunia yang akan datang akibat kepedihan
nafsu-nafsu yang tak terpuasi.
Sifat berbahaya lainnya dari benda-benda duniawi adalah
bahwa pada mulanya mereka tampak sebagai sekadar hal-hal sepele, tetapi hal-hal
yang dianggap sepele ini masing-masing bercabang tak terhitung banyaknya sampai
menelan seluruh waktu dan energi manusia. Isa a.s. bersabda: "Pencinta
dunia ini seperti seseorang yang minum air laut; makin banyak minum, makin
hauslah ia sampai akhirnya mati akibat kehausan yang tak terpuasi,"
Rasulullah saw. bersabda: "Engkau tak bisa lagi bercampur dengan dunia
tanpa terkotori olehnya, sebagaimana engkau tak bisa menyelam dalam air tanpa
menjadi basah".
Dunia ini seperti sebuah meja yang terhampar bagi tamu-tamu
yang datang dan pergi silih berganti. Ada piring-piring emas dan perak, makanan
dan parfum yang berlimpah-limpah. Tamu yang bijaksana makan sebanyak yang ia
butuhkan, menghirup harum-haruman, mengucapkan terima kasih pada tuan rumah,
lalu pergi. Sebaliknya tamu-tamu yang tolol mencoba untuk membawa beberapa
piring emas dan perak hanya dengan akibat semua itu direnggutkan dari tangannya
dan ia pun dicampakkan ke dalam keadaan kecewa dan malu.
Akan kita tutup gambaran tentang sifat-menipu dunia dengan
tamsil pendek berikut ini. Misalkan sebuah kapal akan sampai pada sebuah pulau
yang berhutan lebat. Kapten kapal berkata kepada para penumpang bahwa ia akan
berhenti selama beberapa jam di sana, dan mereka boleh berjalan-jalan di pantai
sebentar, tetapi memperingatkan mereka agar tidak terlalu lama. Maka para
penumpang pun turun dan bertebaran ke berbagai arah. Meskipun demikian, orang
yang paling bijaksana akan segera kembali, menemukan bahwa kapal itu kosong,
lalu memilih tempat yan gpaling nyaman di dalamnya. Kelompok penumpang yang
kedua menghabiskan waktu yang agak lebih lama di pulau tersebut, mengagumi
dedaunan, pepohonan dan mendengarkan nyanyian burung-burung. Ketika kembali ke
kapal mereka temui tempat-tempat yang paling nyaman di kapal tersebut telah
terisi dan terpaksa puas dengan tempat yang agak kurang nyaman. Kelompok ketiga
berjalan-jalan lebih lauh lagi dan menemukan batu-batu berwarna yang amat
indah, lalu membawanya kembali ke kapal. Keterlambatan itu memaksa mereka untuk
mendekam jauh di bagian paling rendah kapal itu, tempat mereka dapati
batu-batuan yang mereka bawa - yang ketika itu telah kehilangan segenap
keindahannya - mengganggu mereka di perjalanan. Kelompok terakhir
berjalan-jalan sedemikian jauh sehingga tak bisa dijangkau lagu oleh suara
kapten kapal yang memanggil mereka untuk kembali ke kapal. Sehingga kapal itu
pun akhirnya terpaksa berlayar tanpa mereka. Meraka luntang-lantung dalam
keadaan tanpa harapan dan akhirnya mati kelaparan, atau menjadi mangsa binatang
buas.
Kelompok pertama mencerminkan orang-orang beriman yang sama
sekali menjauhkan diri dari dunia, dan kelompok yang terakhir adalah kelompok
orang kafir yang hanya mengurusi dunia ini dan sama sekali tidak mengacuhkan yang
akan datang. Dua kelompok di antaranya adalah orang-orang yang masih mempunyai
iman, tapi menyibukkan diri mereka, sedikit atau banyak, dengan kesia-siaan
benda-benda sekarang.
Meskipun telah kita katakan banyak hal yang menentang
dunia, mesti diingat bahwa ada beberapa hal di dunia ini yang tidak termasuk di
dalamnya, seperti ilmu dan amal baik. Seseorang membawa bersamanya ilmu yang ia
miliki ke dunia yang akan datang dan, meskipun amal-amal baiknya telah lampau,
efeknya tetap tinggal dalam pribadinya. Khususnya dengan ibadah yang menjadikan
orang terus-menerus ingat dan cinta kepada Allah. Semuanya ini termasuk
"hal-hal yang baik", dan sebagaimana difirmankan dalam al-Quran,
"tidak akan hapus."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar