Selasa, 07 September 2021

Macam-Macam Hawa Nafsu dan Jihâdun Nafs

 

Macam-Macam Hawa Nafsu dan Jihâdun Nafs

A.    Macam-Macam Hawa Nafsu

1.      Nafsul Ammarah

Nafsul ammarah tertera di dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 53, yang menceritakan kisah nabi Yusuf, ayatnya berbunyi :

 

وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

 

Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan-kesalahn, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”

Nafsu ammarah adalah nafsu yang dari hati dan akal dikendalikan oleh keinginan, syahwat dan khayalan. Maka dari itu nafsu yang seperti ini hanya cenderung pada syahwat semata. Orang akan lebih cenderung kepada hal-hal materi, hal-hal yang hanya bisa dinikmati dengan inderawi. Nafsu jenis ini menjadi tempat cikal bakal dari kejahatan dan akhlak tercela. Maka dari itu, kita harus bisa mengendalikan diri sehingga nafsu ini tidak mengendalikan kita.

2.      Nafsul Lawwamah

Nafsul ammarah tertera di dalam Al-Quran surat Al-Qiyamah ayat 2, ayatnya berbunyi :

 

وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

Artinya : “Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri.”

Nafsu lawwamah adalah nafsu yang dari hati dan akal yang saling berkaitan dengan khayalan, syahwat dan keinginannya. Jenis nafsu ini memiliki kecenderungan terhadap ar-rayu’ atau rasio. orang-orang yang munafik didominasi oleh ra’yu yang membuat diri mereka berada dalam keraguan antara memilih baik atau buruk, memilih taat atau bermaksiat dan memilih untuk beriman atau kafir. Hal ini digambarkan pada Al-Quran surat An-Nisa ayat 143 yang berbunyi :

 

مُّذَبْذَبِيْنَ بَيْنَ ذٰلِكَۖ لَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ وَلَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ ۗ وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ سَبِيْلًا

Artinya : “Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian, iman atau kafir: tidak masuk kepada golongan orang-orang beriman dan tidak pula kepada golonganorang-orang kafir, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.”

3.      Nafsul Muthmainnah

Nafsul muthmainnah adalah nafsu yang dari hati dan akalnya mampu mengendalikan syahwat, kecenderungan dan khayalan. Orang yang memiliki jiwa seperti ini akan cenderung mengingat Allah SWT kapanpun dan dimanapun. Sebagaimana tertera dalam Al-Quran surat Ar-Ra’d ayat 28 yang berbunyi :

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ

Artinya : “yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Nafsu jenis ini bisa mengeluarkan sifat-sifat jelek yang ada di dalam hati seorang manusia. Manusia yang senantiasa cinta kepada Allah dan memiliki jiwa yang tenang akan dimasukan ke dalam surga Allah.

Hal ini berdasarkan Al-Quran surat Al-Fajr ayat 29-30 yang berbunyi :

 

فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ

Artinya : “Wahai jiwa yang tenang! Kembali lah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

Lawanlah nafsu dengan melatih jiwa diri sendiri. Menahan jiwa bisa dilakukan dengan menahan makan, sedikit tidur, tidak banyak cara dan bersabar jika diganggu oleh orang lain. Dari menahan makan bisa mengurangi syahwat, dengan sedikit tidur tentunya bisa memurnikan tekad di dalam diri. Tidak banyak bicara bisa menyelamatkan kita dari berselisih dengan orang lain.

B.     Jihâdun Nafs

Jihâdun Nafs (melawan hawa nafsu) - yang terdiri dari 4 tingkatan pula;

1.      Memerangi nafsu dengan cara mempelajari petunjuk dan agama yang benar, yang tidak ada keberuntungan dan kebahagiaan di dunia mahupun di akhirat kecuali dengan ilmu ini.

2.      Berjihad melawan hawa nafsu dengan amal setelah ilmu. Sebab jika jihad ini hanya dengan ilmu tanpa amal, tidak membahayakan diri sendiri, cuma sekurang-kurangnya ia tidak memberi manfaat.

3.      Berjihad melawan nafsu dengan mengajak kepada mendalami ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain yang belum mengetahui. Jika tidak, maka dia termasuk orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang diturunkan oleh Allah S.w.t, sehingga ilmunya itu tidak bermanfaat baginya dan tidak boleh menyelamatkannya dari seksa Allah S.w.

4.      Berjihad memerangi nafsu dengan cara bersabar menghadapi kesulitan dakwah kepada Allah dan gangguan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar