Selasa, 07 September 2021

Konsep Tri Ukhuwah K.H. Achmad Shiddiq, dan Penafsirannya

 

Konsep  Tri Ukhuwah  K.H. Achmad Shiddiq, dan Penafsirannya

 

A.    Tri Ukhuwah  K.H. Achmad Shiddiq

Konsep trilogi ukhuwah adalah menyatukan antara ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).

K.H Achmad Shiddiq ingin menyatukan antara Ukhuwah Islamiyah, nasionalisme dan pluralisme.Dasar pemikirannya tidak lain adalah rangka menjaga hubungan baik antara masyarakat, agama dan negara.

1.      Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah Islamiyah, dalam hal kehidupan manusia merupakan modal untuk melakukan pergaulan sosial sesama umat Islam. Dengan modal ini, maka perbedaan-perbedaan yang tidak prinsip antar umat Islam tidak perlu menjadi perpecahan. Prinsip ukhuwah ini menjadikan hubungan antar sesama umat Islam menjadi harmonis. Prinsip ukhuwah juga mampu menjadi sebuah kekuatan besar untuk bersama-sama membumikan nilai-nilai Islam. Ukhuwah Islamiyah menjadi sebuah ikatan, tidak saja secara emosional, namun juga secara sprititual.

2.      Ukhuwah Wathaniyah

Kemudian, ukhuwah wathaniyah, dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan modal dasar untuk melakukan pergaulan sosial dan dialog dengan pelbagai komponen bangsa Indonesia yang tentu saja tidak terbatas pada satu agama semata. Namun lebih dari itu, ukhuwah wathaniyah adalah sebuah komitmen persaudaraan antar seluruh masyarakat yang terdiri dari bermacam-macam agama, suku, bahasa dan budaya. Bangunan ukhuwah wathaniyah tidak boleh tidak harus menjadi sebuah prinsip bersama dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai dan saling menghargai satu sama lain.

3.      Basyariyah

Sementara, ukhuwah basyariyah atau ukhuwah insaniyah adalah sebuah prinsip sesama manusia adalah bersaudara. Hal tersebut karena berasal dari ayah dan ibu yang satu, yakni Adam dan Hawa. Hubungan persaudaraan ini merupakan kunci dari semua persaudaraan, terlepas dari status agama, suku bangsa atau pun skat geografis, karena nilai utama dari persaudaraan ini adalah kemanusiaan. Hal ini mengingatkan kembali pada Sahabat Ali bin Abi Thalib yang mengatakan bahwa “dia yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudara dalam kemanusiaan.” Artinya, bahwa kemanusiaan adalah nilai tertinggi dalam posisinya sebagai manusia.

 

B.     Tafsir KH Muchith Muzadi atas Trilogi Ukhuwah KH Ahmad Shiddiq

 

Ketika pertama kali al-Maghfurlah KH Achmad Shiddiq mencanangkan hal ini, banyak kritik bernada sinis. Bahkan dengan gagasan beliau ini seakan-akan mereka menganggap bahwa beliau terlalu mengada-ngada, melakukan penambahan yang tidak perlu, bahkan ada juga yang menuduh beliau berlebih-lebihan “mendekati” kaum nonmuslim. Kalangan ini cenderung menyatakan bahwa gagasan tersebut “mengurangi” kadar-kadar ukhuwah islamiyyah atau persaudaraan sesama muslim.”

Lalu apakah gagasan trilogi ukhuwah itu memang mengurangi kadar persaudaraan sesama muslim atau bahkan bertentangan dengan Islam itu sendiri?

Dalam hal ini, KH. Abdul Muchit Muzadi menyatakan kalau tri ukhuwah itu dipahami bahwa semuanya bersumber dari ajaran Islam, maka ketiganya akan dapat dipahami secara baik. Menurut Kiai Muchit, pada hakikatnya tiga ukhuwwah itu:

Islamiyyah, Insaniyyah atau Basyariyyah dan Wathaniyyah, bersumber pada ukhuwwah yang pertama, yaitu ukhuwwah Islamiyyah, dalam arti persaudaraan, kerukunan berdasarkan ajaran Islam. Islam telah mengajarkan kerukunan atau hubungan yang baik antar sesama manusia yang kemudian dikenal dengan istilah hablum minan nas. Islam juga telah mengatur hubungan yang baik antarmanusia yang terikat hubungan famili, persaudaraan, pertemanan, sama-sama hidup dalam sekampung, sedaerah, sewilayah negara, dan sesama manusia. Nah, dari sekian hubungan itu, persaudaraan antara sesama pemeluk Islam disebut ukhuwwah Islamiyyah; persaudaraan antarsesama anak bangsa disebut ukhuwwah wathaniyyah; dan persaudaraan antarsesama manusia disebut ukhuwwah insaniyah. Kiai Muchith menegaskan bahwa ketiganya bersumber dari ajaran Islam yang juga dapat disebut ‘ukhuwwah Islamiyyah’ dalam skala besar. Jadi kata “ukhuwwah Islamiyyah” dapat berarti ukhuwwah yang diajarkan Islam, dan dapat pula berarti ukhuwwah di antara pemeluk umat Islam

Islam telah mengajarkan kerukunan atau hubungan yang baik antarsesama manusia yang kemudian dikenal dengan istilah hablum minan nas. Islam juga telah mengatur hubungan yang baik antarmanusia yang terikat hubungan famili, persaudaraan, pertemanan, sama-sama hidup dalam sekampung, sedaerah, sewilayah negara, dan sesama manusia. Nah, dari sekian hubungan itu, persaudaraan antara sesama pemeluk Islam disebut ukhuwwah Islamiyyah; persaudaraan antarsesama anak bangsa disebut ukhuwwah wathaniyyah; dan persaudaraan antarsesama manusia disebut ukhuwwah insaniyah.

Kiai Muchith menegaskan bahwa ketiganya bersumber dari ajaran Islam yang juga dapat disebut ‘ukhuwwah Islamiyyah’ dalam skala besar. Jadi kata “ukhuwwah Islamiyyah” dapat berarti ukhuwwah yang diajarkan Islam, dan dapat pula berarti ukhuwwah di antara pemeluk umat Islam. (Muchit, NU dalam Perspektif Sejarah dan Ajaran, 170).

Kiai Muchith mengajukan dua ayat, Surat Al-Hujurat ayat 13 dan Surat Al-Isra’ ayat 70 berikut ini

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

 

Artinya : “Hai manusia, sungguh Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sungguh orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kalian. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Surat Al-Hujurat ayat 13).

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Artinya : “Sungguh telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Surat Al-Isra’ ayat 70).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar