Macam-Macam Hawa Nafsu dan Jihâdun Nafs
A.
Macam-Macam Hawa Nafsu
1.
Nafsul
Ammarah
Nafsul ammarah tertera di dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 53, yang
menceritakan kisah nabi Yusuf, ayatnya berbunyi :
وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ
اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya : “Dan
aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan-kesalahn, karena sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”
Nafsu ammarah adalah nafsu yang dari hati dan akal dikendalikan
oleh keinginan, syahwat dan khayalan. Maka dari itu nafsu yang seperti ini
hanya cenderung pada syahwat semata. Orang akan lebih cenderung kepada hal-hal
materi, hal-hal yang hanya bisa dinikmati dengan inderawi. Nafsu jenis ini
menjadi tempat cikal bakal dari kejahatan dan akhlak tercela. Maka dari itu,
kita harus bisa mengendalikan diri sehingga nafsu ini tidak mengendalikan kita.
2.
Nafsul
Lawwamah
Nafsul ammarah tertera di dalam Al-Quran surat Al-Qiyamah ayat 2,
ayatnya berbunyi :
وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
Artinya : “Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali
dirinya sendiri.”
Nafsu lawwamah adalah nafsu yang dari hati dan akal yang saling
berkaitan dengan khayalan, syahwat dan keinginannya. Jenis nafsu ini memiliki
kecenderungan terhadap ar-rayu’ atau rasio. orang-orang yang munafik didominasi
oleh ra’yu yang membuat diri mereka berada dalam keraguan antara memilih baik
atau buruk, memilih taat atau bermaksiat dan memilih untuk beriman atau kafir.
Hal ini digambarkan pada Al-Quran surat An-Nisa ayat 143 yang berbunyi :
مُّذَبْذَبِيْنَ بَيْنَ ذٰلِكَۖ لَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ وَلَآ اِلٰى
هٰٓؤُلَاۤءِ ۗ وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ سَبِيْلًا
Artinya : “Mereka
dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian, iman atau kafir: tidak masuk
kepada golongan orang-orang beriman dan tidak pula kepada golonganorang-orang
kafir, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk)
baginya.”
3.
Nafsul
Muthmainnah
Nafsul muthmainnah adalah nafsu yang dari hati dan akalnya mampu
mengendalikan syahwat, kecenderungan dan khayalan. Orang yang memiliki jiwa
seperti ini akan cenderung mengingat Allah SWT kapanpun dan dimanapun.
Sebagaimana tertera dalam Al-Quran surat Ar-Ra’d ayat 28 yang berbunyi :
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ
اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
Artinya : “yaitu
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Nafsu jenis ini bisa mengeluarkan sifat-sifat jelek yang ada di
dalam hati seorang manusia. Manusia yang senantiasa cinta kepada Allah dan
memiliki jiwa yang tenang akan dimasukan ke dalam surga Allah.
Hal ini berdasarkan Al-Quran surat Al-Fajr ayat 29-30 yang berbunyi
:
فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْࣖ
Artinya : “Wahai
jiwa yang tenang! Kembali lah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke
dalam surga-Ku.”
Lawanlah nafsu dengan melatih jiwa diri sendiri. Menahan jiwa bisa
dilakukan dengan menahan makan, sedikit tidur, tidak banyak cara dan bersabar
jika diganggu oleh orang lain. Dari menahan makan bisa mengurangi syahwat,
dengan sedikit tidur tentunya bisa memurnikan tekad di dalam diri. Tidak banyak
bicara bisa menyelamatkan kita dari berselisih dengan orang lain.
B.
Jihâdun
Nafs
Jihâdun Nafs (melawan hawa nafsu) - yang terdiri dari 4 tingkatan
pula;
1.
Memerangi
nafsu dengan cara mempelajari petunjuk dan agama yang benar, yang tidak ada
keberuntungan dan kebahagiaan di dunia mahupun di akhirat kecuali dengan ilmu
ini.
2.
Berjihad
melawan hawa nafsu dengan amal setelah ilmu. Sebab jika jihad ini hanya dengan
ilmu tanpa amal, tidak membahayakan diri sendiri, cuma sekurang-kurangnya ia
tidak memberi manfaat.
3.
Berjihad
melawan nafsu dengan mengajak kepada mendalami ilmu dan mengajarkannya kepada
orang lain yang belum mengetahui. Jika tidak, maka dia termasuk orang-orang
yang menyembunyikan apa-apa yang diturunkan oleh Allah S.w.t, sehingga ilmunya
itu tidak bermanfaat baginya dan tidak boleh menyelamatkannya dari seksa Allah
S.w.
4.
Berjihad
memerangi nafsu dengan cara bersabar menghadapi kesulitan dakwah kepada Allah
dan gangguan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar