Ringkasan Materi 1
I.
Q.S. Al-Maidah (5) : 48; Q.S. Az-Zumar (39) : dan
Q.S. At-Taubah (9) : 105
- Pendahuluan
Al-Qur’an
mengajarkan kepada kita bahwa bekerja merupakan wujud dari realisasi fungsi
kehambaan kita kepada Allah swt. Dengan bekerja berati kita mengangkat diri
kita sebagai manusia, berusaha meningkatkan taraf hidup dan memberi manfaat
kepada sesama, bahkan kepada makhluk lain. Melalui pekerjaan, kaum muslimin
akan mampu mengisi setiap waktunya dengan aktifitas-aktifitas yang berguna.
Hanya saja yang perlu diperhatikan menurut pandangan Islam adalah agar setiap
aktifitas yang kita kerjakan tidak hanya bernilai duniawi, kita harus memenuhi
etika kerja Islami.
وَأَنْزَلْنَا
إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ
وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا
تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ
شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى
اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ
تَخْتَلِفُونَ
Artinya : Dan
Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa
yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap kitab-kitab yang
lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan
itu, (QS. Al-maidah; 48)
قُلْ يَا
قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
Artinya : Katakanlah:
"Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan
bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui, (QS. Az-Zumar: 39)
وَقُلِ
اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya : Dan
Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. At-Taubah
(9) : 105)
Dalam
beberapa ayat Al-Qur’an disebutkan Allah swt telah menjamin rizqi setiap hamba.
Namun jaminan atas rizqi tersebut tidak secara otomatis akan didapatkan kecuali
melalui bekerja dan berusaha. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memerintahkan
umatnya agar memiliki etos kerja yang tinggi dan tidak hanya mengandalkan doa
yang dipanjatkan setiap malam atau selepas sholat. Islam benar-benar
memperhatikan terhadap permasalahan kerja, sampai-sampai Rosulullah saw sendiri
memberikan contoh kepada umatnya dengan cara berdagang. Untuk memotivasi
umatnya, Rosulullah saw pun pernah bersabda:” Makanan yang paling baik dimakan
oleh seseorang adalah dari hasil usaha tangannya sendiri.” ( HR.Al- Bukhori).
Sebaliknya,
Islam sangat mengecam orang yang hanya meminta-minta belas kasihan orang lain.
Islam mengutuk orang-orang yang suka berpangku tangan, bermalas-malas dan
menganggur. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rosulullah saw
melalui sabdanya,” Bila seseorang meminta-minta harta kepada orang lain
untuk mengumpulkannya, sesungguhnya dia mengemis bara api. Maka sebaiknya ia
mengumpukan harta sendiri.” (HR.Muslim)
Dalam
sebuah hadits, Rasulullah saw menjelaskan pentingnya semangat bekerja
إعْـمَـلْ لِـُدنْيـَاكَ كأنّـكَ تَعِـيْشُ أبَـدًا واعـمـل لأخرتك كأنّـك تمـوْت غـدًا
“ Bekerjalah untuk duniamu
seakan-akan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan
kamu mati besuk.”
Coba perhatikan juga hadits-hadits berikut ini :
“Sesungguhnya
Allah Ta’ala senang melihat hamba-Nya bersusah payah (kelelahan) dalam mencari
rezeki yang halal.” [HR. Ad-Dailami]
“Barangsiapa pada malam
hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang
harinya, maka pada malam itu ia diampuni.” [HR. Ahmad]
“Sesungguhnya, di
antara perbuatan dosa ada dosa yang tidak bisa terhapus (ditebus) oleh pahala
shalat, sedekah (zakat), ataupun haji, namun hanya dapat ditebus dengan
kesusahan dalam mencari nafkah penghidupan.” [HR. Tabrani]
Suatu
hari Rasulullah SAW. berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari. Ketika itu
Rasul melihat tangan Sa’ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari. ”Kenapa tanganmu?” tanya Rasul kepada Sa’ad. ”Wahai
Rasullullah,” jawab Sa’ad, ”Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah
dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku”.
Seketika itu beliau mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata,
”Inilah tangan yang tidak akan pernah tersentuh api neraka”.
Dalam
kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasullullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas.
Para sahabat kemudian bertanya: ”Wahai Rasullullah, andaikata bekerja semacam
orang itu dapat digolongkan jihad fi sabillillah, maka alangkah baiknya.”
Mendengar itu Rasul pun menjawab: ”Kalau ia bekerja untuk menghidupi
anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah fi sabillillah; kalau ia bekerja
untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, itu juga fi
sabillillah.” (HR. Ath-Thabrani).
Didalam riwayat lain ada tambahan,:
tetapi jika keluarnya untuk bekerja dengan tujuan pamer dan bermegah-megahan,
maka dia fi sabilisy-syaithon (mengikuti jalan setan).
b.
Etika
Kerja dalam Islam
Diantara etika kerja
yang harus diperhatikan adalah :
1. Memilih jenis aktifitas yang baik dan bermanfaat bagi manusia.
2. Mengerjakan secara tuntas dan sempurna
3. Menggunakan cara profesional, yaitu dengan ilmu, skill dan serius
4. Mencermati nilai waktu
5. Berkompetisi dan tolong-menolong
6. Tidak merugikan orang lain
7. Bernilai ibadah (ikhlas dan benar)
- Produktifitas Kerja
Kerja Produktif adalah kerja yang menghasilkan sesuatu
dan selalu meningkat dari waktu ke waktu, walaupun permula dari yang
kecil-kecilan. Sebab sebuah keahlian tidak datang begitu saja, akan tetapi
perlu kesabaran (waktu), pengalaman, pengetahuan (ilmu), ketrampilan yang
didukung dengan adanya peralatan dan tehnologi serta semangat kerja yang
harmonis(konsisten). Rosulullah saw bersabda :
عَلَيْكُمْ
مِنَ الأعْمَـال مَا تُطِيقون، فَوَاللهِ لا يَمُلُّ اللهُ حَتَّى تَمُلُّوا
“ Hendaklah kalian bekerja menurut apa
yang kalian kuasai. Maka demi Allah, Allah tidak akan bosan (melihat keadaanmu
dengan pandangan rohmad-Nya) sehingga kamu bosan (dengan pekerjaanmu).”
Untuk
kemajuan suatu usaha sangat didukung komponen berikut :
1.
berfikir
yang sehat (rasional) 5.
tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
2.
berorientasi
kemasa depan 6.
menghargai waktu
3.
terbuka
menerima pendapat orang lain 7.
meminimalkan persyaratan mis: rokok, towak
4.
berorientasi
pada prertasi (hasil kerja) 8.
menjalin hubungan yang lebih luas
Ringkasan Materi 2
1. Bacaan dan Penjelasan Tajwid
Ø Bacalah
ayat berikut dengan tartil dan fasih. Kemudian salin kembali dengan benar dan
baik.
وَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ
وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهِ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ (40) وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي
عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ
مِمَّا تَعْمَلُونَ
1.
Terjemahan ayat
Terjemahan Q.S. Yunus, 10 : 40 - 41
adalah :
Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman
kepadanya (Al Qur’an), dan diantaranya ada (pula) ada orang-orang yang tidak
beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang
berbuat kerusakan. (40)
Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu ( Muhammad), maka
katakanlah, “ bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung
jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak pertanggung jawab
terhadap apa yang kamu kerjakan.” (41)
2. Kandungan
o
Sikap
atau pandangan manusia setelah Nabi Muhammad SAW diutus sebagai Rosul dan
membawa kitab suci Al Qur’an, ada golongan manusia yang mengimaninya dan ada
golongan yang tidak mengimaninya.
o
Allah
SWT Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang taqwa yang senantiasa
berbuat kebaikan (muhsinin) dan orang-orang kafir yang berbuat kerusakan
dimuka bumi (mufsidin) .
o
Sebagai
orang yang beriman wajib mengajak kepada manusia ke jalan yang benar sesuai
dengan petunjuk Al Qur’an. Jika mereka bersikukuh pada pendiriannya maka kita
tidak bisa memaksanya, bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Seseorang
tidak akan memikul dosa orang lain, tetapi masing-masing akan memikiul dosanya
sendiri-sendiri ( Q.S. Saba, 34 : 25)
3. Penjelasan
Qur’an
Surat Yunus merupakan surat yang ke 10 terdiri atas 109 ayat, termasuk
surat-surat Makiyyah kecuali ayat 40,94,95 yang diturunkan di Madinah. Dinamai
“surat Yunus” karena dalam surat ini ditampilkan kisah Nabi Yunus a.s. dan
pengikut-pengikutnya yang teguh imannya.
Umat
manusia setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah SWT yang
terakhir terbagi menjadi dua golongan. Ada golongan yang membenarkan terhadap
kerasulan Nabi Muhammad serta mengimani kebeneran Al Quran, tapi juga ada
golongan yang mendustakan kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan mengingkari
Al Qur’an. Allah memberikan penghargaan bagi yang mengimaninya diberikan hak
masuk surga. Tetapi sebaliknya bagi orang yang mengingkarinya diberikan haknya
di neraka.
Bagi
orang yang telah beriman ( umat Islam ) harus berpendirian teguh terhadap
kebenaran yang telah diyakininya bahwa nabi Muhammad adalah rosul yang diutus
Allah yang terakhir, tidak ada rosul sesudahnya. Dan yakin bahwa Alqur’an
merupakan kitab suci yang benar, umat Islam harus menjadikannya sebagi pedoman hidup sampai akhir zaman. Dan umat
Islam harus yakin bahwa apa-apa yang datangnya dari Al Qur;an dan sunah Rosul
adalah benar tidak ada keraguan
sedikitpun kepada keduanya.
Ayat
tersebut juga mengisyaratkan kepada umat Islam apabila ada orang yang berbeda
sikap dab pandangan dengan kita, dimana sikap dan pandangan orang tersebut menurut kita salah, kita wajib mengajaknya
agar kembali kepada kebenaran sebagaimana yang tertulis dalam Al Qur’an. Namun
apabila mereka bersikukuh terhadap pendiriannya maka kita tidak boleh
memaksanya. Setiap manusia akan bertanggung jawab apa yang diperbuatnya besuk
di akherat ketika kita menghadap Allah
SWT
Isi
kandungan Q.S Al-Maidah ayat 32
مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَتَبْنَا عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ
Artinya:
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh)
orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan
dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan
manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami
dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara
mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka
bumi.” (Q.S Al-Maidah : 32)
Sebelumnya telah diceritakan
mengenai peristiwa yang terjadi pada anak-anak Adam as. Dengan
demikian kita mengerti bahwa Qabil yang terbakar oleh api
dengki da hasud-nya tega membunuh
Habil saudaranya. Berkat petunjuk seekor burung gagak,
Qabil menguburkan saudaranya Habil dan akhirnya menyesali
perbuatannya itu. Allah Swt dalam ayat ini
mengatakan, "Setelah peristiwa ini, Kami telah menetapkan suatu
hukum bahwa membunuh seorang manusia, sama dengan membunuh seluruh
manusia. Karena menyelamatkan kehidupan seorang manusia, sama dengan
menyelamatkan seluruh manusia dari kehancuran dan
malapetaka." Karena itu, al-Quran dalam ayat ini
menyinggung sebuah prinsip sosial dan
menegaskan, sebuah masyarakat bagaikan sebuah tubuh.
Sedangkan individu-individu masyarakat merupakan anggota tubuh
tersebu. Apabila sebuah anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang
lainnya pun ikut merasakan sakit pula.
Begitu juga bila seseorang
berani mencemari tangannya dengan darah orang yang tak berdosa, maka pada
hakikatnya dia telah siap untuk membunuh manusia-manusia lain yang tak berdosa.
Karena dia adalah pembunuh, maka sudah pasti berbeda dengan orang-orang yang
tak berdosa. Dari segi sistim penciptaan manusia, terbunuhnya Habil telah
menyebabkan hancurnya generasi besar suatu masyarakat, yang bakal tampil dan
lahir di dunia ini. Poin yang sangat menarik
dimana al-Quran memberikan perhatian penuh
terhadap perlindungan jiwa manusia dan menganggap
membunuh seorang manusia, sama dengan membunuh sebuah masyarakat.
Sekalipun demikian, ternyata
membunuh manusia dalam Islam diperbolehkan dalam dua hal; pertama, seorang pembunuh
yang harus menjalani hukum qishash yakni dibunuh, dan yang kedua mengenai seseorang yang telah melakukan fasad, kejahatan dan
kejelekan besar di dunia. Sekalipun orang itu bisa saja
tidak dibunuh, tetapi undang-undang Islam mewajibkan dia membayar tebusan uang,
dalam jumlah yang telah ditetapkan. Demikianlah peraturan dan undang-undang
semacam ini ditetapkan dalam Islam, dalam rangka menjaga ketentraman hidup
masyarakat luas.
Dalam riwayat-riwayat Islam
disebutkan bahwa salah satu contoh dan manifestasi dari dibunuh atau dibiarkan
hidup orang-orang tersebut ialah perbuatan menyesatkan atau memberi petunjuk
kepada mereka. Barangsiapa yang menyebabkan orang lain tersesat, maka seakan-akan
ia telah menyesatkan pula masyarakat luas. Sebaliknya barangsiapa yang memberi
petunjuk kepada seseorang, maka seakan ia telah memberi petunjuk kepada
masyarakat untuk menuju hidup sejahtera. Akhir ayat tersebut menyinggung adanya
kebiasaan kelompok Bani Israil yang
melanggar undang-undang dan mengatakan, justru
karena masalah itulah sebagian Kami mengutus para nabi itu, sehingga
Kami dapat menyampaikan kebenaran ke dalam
telinga mereka. Namun mereka malah keluar menentang dan melakukan
pelanggaran terhadap undang-undang Ilahi.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat
dipetik: - Nasib manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah mata rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
- Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka. Pembunuhan seorang manusia dengan maksud jahat, merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam rangka qishash merupakan sumber kehidupan masyarakat.
- Mereka yang memiliki pekerjaan yang
berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia, seperti para dokter dan
perawat, harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau
menyelamatkan orang yang sakit dari kematian, bagaikan menyelamatkan
sebuah masyarakat dari kehancuran. Ayat ini juga mengajarkan kepada kita
bagaimana kita dapat memelihara lingkungan dengan baik. Berdasarkan ayat
ini kita dapat mengambil hikmah, bahwa hukum qishas sebenarnya bukan hanya
untuk orang-orang yang membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain saja,
akan tetapi seharusnya hukum qishas juga dapat dilakukan bagi orang-orang
yang membuat kerusakan ekosistem/lingkungan (misalnya, illegal logging
tanpa replanting, membuang limbah B3 tanpa menyaring sehingga membuat
kerusakan di ekosistem, atau perbuatan-perbuatan yang merusak ekosistem).
Sungguh orang-orang yang bertindak bijak pada lingkungan, senantiasa
melindungi dan menanam pohon untuk penghijauan atau bahkan melakukan
perbuatan sekecil apapun dengan tujuan menjaga lingkungan seperti tidak
membuang sampah secara sembarangan Allah mengibaratkan orang-orang
tersebut sebagai orang-orang yang menjaga keselamatan atau bahkan nyawa
manusia seluruhnnya di muka bumi ini.
Ringkasam Materi 3
Bacalah ayat-ayat berikut dengan tartil dan renungkanlah maknanya serta
perhatikan adab dan sopan santun membaca Al Qur’an.
a.
Q.S.Al Baqarah 1 – 5
Artinya
: “(1) Alif Laam Miim, (2) Inilah Kitab itu; tidak ada sebarang keraguan
padanya, satu petunjuk bagi orang-orang yang hendak bertakwa. 3) Yang percaya
kepada yang ghaib , dan yang mendirikan sembahyang dan dari apa yang Kami
anugerahkan kepada mereka, mereka dermakan. (4) Dan orang-orang yang percaya
kepada apa yang diturunkan kepada engkau dan apa yang diturunkan sebelum
engkau, dan kepada akhirat mereka yakin. 5) Mereka itulah yang berada atas
petunjuk dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang beroleh
kejayaan. (Qs. Al-Baqarah : 1-5)
b.
Q.S.Az
Zumar : 41
إِنَّا
أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ لِلنَّاسِ بِالْحَقِّ فَمَنِ اهْتَدَى
فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ
بِوَكِيلٍ
Artinya
: Sungguh, Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Quran) dengan membawa kebenaran
untuk manusia; barang siapa mendapat petunjuk[31] maka (petunjuk itu) untuk
dirinya sendiri, dan barang siapa yang sesat[32] maka sesungguhnya kesesatan
itu untuk dirinya sendiri[33], dan engkau bukanlah orang yang bertanggung jawab
terhadap mereka (Qs.Az-Zumar : 41)
A. Fungsi Iman kepada Kitab-Kitab
Allah
Maksud
iman kepada kitab-kitab Allah adalah kita harus meyakini bahwa kitab-kitab
Allah itu benar-benar firman Allah yang turunkan kepada para rasul yang
dipilih-Nya. Adapun pengertian kitab-kitab Allah adalah kumpulan wahyu Allah
yang diturunkan kepada para rasul-Nya melalui Malaikat Jibril dan menjadi
pedoman hidup bagi umatnya.
RISALAH,
Mushaf adalah
kumpulan ayat-ayat Al Quran yang berbentuk lembaran-lembaran kertas yang
berjilid sebagaimana mushaf Al Quran saat ini. Pada awalnya, ayat-ayat Al Quran
dihapal dan ditulis pada pelepah-pelepah kurma, daun, dan tulang. Proses
penyalinan dan pengumpulan lembaran tersebut dilakukan oleh Zaid bin Sabit atas
perintah Khalifah Abu Bakar As Siddik.
Ada
empat macam kitab yang wajib kita yakni, yaitu Taurat yang diturunkan kepada
Nabi Musa a.s., Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s., Injil yang
diturunkan kepada Nabi Isa a.s., dan Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. Al Quran ini merupakan kitab terakhir yang dijamin oleh Allah keasliannya
sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah.
Artinya:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya." (QS Al Hijr: 9).
Selain
kitab-kitab tersebut Allah juga menurunkan suhuf, yaitu lembaran-lembaran yang
diturunkan kepada Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Musa a.s. Hal tersebut dinyatakan
dalam firman Allah swt.
Artinya: "(Yaitu)
Kitab-kitab Ibrahim dan Musa." (QS Al A’la: 19).
Pada
pokoknya, isi dari kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan, yaitu mengajak
manusia untuk bertauhid. Artinya, menyembah kepada Tuhan yang Maha Esa, yakni
Allah swt. dan dilarang menyekutukan-Nya. Allah menurunkan kitab-kitab kepada
para rasul-Nya dengan tujuan agar menjadi pedoman hidup manusia dalam
berhubungan dengan Allah, dirinya sendiri, sesama manusia, maupun dengan alam
sekitarnya. Oleh karena itu, kitab-kitab tersebut mempunyai fungsi sebagai
berikut.
- Sebagai Pedoman Hidup Manusia dalam Berhubungan dengan Allah
Allah
menciptakan manusia dengan tujuan agar manusia menghambakan diri dan menyembah
kepada-Nya merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi sebagaimana
firman Allah swt
Artinya:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembah-Ku." (QS Az Zariyat: 56)
Apabila
manusia tidak ingin diliputi oleh rasa hina dan kemerosotan martabat, maka
hendaknya ia selalu berpegang teguh pada tali Allah, yaitu dengan cara
mempelajari kitab suci (Al Quran) dan memedomaninya dalam rangka mengamalkan
ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari Al Quran,
manusia juga akan mampu memiliki kontak kepada Allah, baik secara langsung,
misalnya melalui salat, zakat, puasa, atau haji (hal ini disebut ibadah
mahdah), maupun tidak langsung, seperti dengan kegiatan muamalah, pemanfaatan
lingkungan, atau kemasyarakatan (hal ini disebut ibadah gairu mahdah). Firman
Allah swt.
Artinya:
“Katakanlah (hai orang-orang mukmin), 'Kami beriman kepada Allah dan apa
yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,
Ishaq, Ya'qub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa
serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak
membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”
(QS Al Baqarah: 136).
- Sebagai Pedoman Hidup Manusia dalam Berhubungan dengan Dirinya Sendiri
Manusia
berkewajiban untuk menjaga dirinya agar selamat di dunia dan akhirat dengan
cara menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Hal tersebut
diterangkan dalam Al Quran.
Artinya:
“Hai Nabi, perangilah orang- orang kafir dan orang-orang munafik dan
bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah Neraka jahanam dan itu
adalah seburuk-buruk tempat kembali." (QS At Tahrim: 9).
Pada
zaman yang serba super canggih ini, banyak manusia yang lupa terhadap dirinya
sendiri, bahkan tidak sedikit yang mengingkari asal kejadiannya sehingga
akhirnya menjadi sombong, ingkar, dan tidak mau mengakui bahwa dirinya berasal
dari setetes air. Hal ini terjadi karena ia belum meresapi hakikat keimanan
yang sesungguhnya. Allah swt. berfirman.
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab
yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh jauhnya." (QS An Nisa: 136).
- Sebagai Pedoman Hidup Manusia dalam Berhubungan dengan Sesama Manusia
Allah
menciptakan manusia dari suku bangsa yang berbeda-beda dengan tujuan agar
saling mengenal dan tolong-menolong, tidak saling bermusuhan dan Baling
mencemooh karena kesombongan mereka. Di hadapan Allah, manusia yang paling
mulia adalah manusia yang paling bertakwa kepada-Nya. Sebagaimana dinyatakan
dalam firman-Nya.
Artinya:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al
Hujurat: 13).
Di
dunia ini, manusia tidak mungkin hidup sendirian, is pasti butuh bantuan orang
lain. Bentuk kerja sama dalam pergaulan tersebut (sering disebut muamalah)
membutuhkan adanya saling pengertian, saling menghargai, dan saling
menghormati. Tentu saja dalam hal ini dibutuhkan adanya tuntunan yang berasal
dari wahyu Allah yang dibawa oleh para rasul-Nya untuk menjadi pedoman hidup
antara manusia dengan sesamanya.
- Sebagai Pedoman Hidup Manusia dalam Berhubungan dengan Alam
Adanya
kitab yang diturunkan oleh Allah swt. kepada para rasul-Nya juga memiliki
fungsi yang tak kalah pentingnya, yaitu untuk menjadi pedoman manusia dalam
mengatur, mengelola, dan memanfaatkan alam atau lingkungan karena sesungguhnya
mereka diciptakan juga untuk kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, manusia
wajib menjaga alam dari kerusakan dan harus menjaga kelestariannya. Allah swt berfirman.
Artinya:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (QS Al Anbiya: 107).
DISKUSI
Kitab suci yang
diturunkan kepada para rasul, khususnya Al-Quran berfungsi agar manusia dapat
berhubungan dengan Allah, dirinya sendiri, sesama manusia, dan sesama makhluk.
Berdasarkan hal tersebut, apakah Anda telah merasakan fungsi Al Quran dalam
kehidupan Anda? Berapa kalikah dalam sehari Anda membaca atau mengkajinya?
Uraikanlah jawabannya!
B. Dalil Naqli dan Aqli tentang
Fungsi Iman kepada kitab Allah
Iman
kepada kitab Allah adalah kewajiban bagi setiap muslim dan merupakan salah satu
rukun iman yang menjadi fundamen seseorang untuk beriman kepada Allah
rasul-rasul-Nya. Firman Allah.
Artinya:
"Katakanlah (hai orang-orang mukmin), "Kami beriman kepada Allah
dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim,
lsmail, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa
yang kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun
diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (QS Al
Baqarah: 136).
Allah
berfirman
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
rasul-Nya dan kepada kitab-kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa
yang kafir kepada Allah malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan
hari kemudian, maka orang itu telah sesat sejauh jauhnya." (QS An Nisa: 136).
Beriman
kepada kitab-kitab dan suhuf berarti beriman kepada para rasul yang telah
diutus Allah kepada umat yang terdahulu dengan tidak membedakan satu sama lain.
Beriman kepada kitab merupakan sikap orang-orang yang bertakwa, orang, beriman,
pewaris para nabi, pewaris ajaran-ajaran Allah, baik orang-orang terdahulu,
masa sekarang, atau sampai akhir zaman. Sikap itu akan menimbulkan rasa
kebersamaan diri setiap muslim bahwa mereka adalah umat yang satu karena agama
mereka yaitu Islam. Tuhan yang mereka sembah adalah Allah yang Maha Esa, Maha
Pengasih lagi Penyayang. Sikap itu juga akan menghilangkan sifat sombong dan
perasaan yang berlebih-lebihan pada diri setiap muslim.
DISKUSI
Menurut Anda,
apakah kitab suci yang ada saat ini masih asli dan diajarkan oleh rasul-rasul
Allah? Jelaskanlah cara menyikapinya beserta alasan-alasannya!
C. Tanda Penghayatan terhadap Kitab
Allah
Untuk
menghayati terhadap kitab-kitab Allah perlu tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.
Kita
harus bisa membaca Al Quran dengan segala hikmahnya.
2.
Harus
mengetahui dan memahami filosofi Islam sebagai agama yang diridai Allah swt.
3.
Kita
harus mengetahui bahwa di dalam Al Quran banyak sekali terdapat surah atau ayat
yang mengandung atau berupa perumpamaan.
4.
Dalam
Al Quran banyak sekali ayat yang mengandung hikmah atau tidak bisa diartikan
secara langsung, tetapi memiliki arti yang tersirat yang harus dikaji secara
lebih mendalam.
5.
Al
Quran diturunkan tidak untuk menyusahkan manusia sehingga ayat-ayat yang lebih
mudah dan tegas memiliki prioritas untuk segera dilaksanakan.
6.
Ayat
Al Quran terbagi menjadi dua macam, pertama adalah ayat muhkamat, yaitu
ayat-ayat yang tegas, jelas maksudnya, dan mudah dimengerti sehingga ayat ini
harus segera dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, ayat
mutasyabihat, yaitu ayat-ayat yang sulit dimengerti dan hanya Allah yang
mengetahui maksudnya.
7.
Menjalankan
isi kandungan Al Quran dalam kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan
masing-masing.
Ringkasan Materi 4
IMAN
KEPADA RASUL ALLAH
وَأَوْحَيْنَا إِلَى
أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ
وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ
الْمُرْسَلِينَ (7) فَالْتَقَطَهُ آَلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ
لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا
خَاطِئِينَ (8) وَقَالَتِ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ قُرَّةُ عَيْنٍ
لِي وَلَكَ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَى أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا
وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (9) وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَى
فَارِغًا إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَنْ رَبَطْنَا عَلَى قَلْبِهَا
لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (10)
Artinya
: 7. Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu
khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu
khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul. 8.
Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menja- di musuh
dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Ha- man beserta tentaranya
adalah orang-orang yang bersalah. .
Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan
bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita
atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari. 10. Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa[1114].
Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak
Kami teguhkan hati- nya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada
janji Allah). (Qs. Al-Qoshos; 7-10)
وَيَا قَوْمِ لَا
يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِي أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَ قَوْمَ نُوحٍ أَوْ
قَوْمَ هُودٍ أَوْ قَوْمَ صَالِحٍ وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيدٍ
Artinya
:89. Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu)
menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa
kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh
(tempatnya) dari kamu.
IFTITAH
1. Duduklah dengan tenang, khusyuk,
dan tawaduk!
2. Mulailah dengan ta'awuz dan basmalah!
3. Perhatikanlah dengan saksama
penjelasan dari guru agamamu!
4. Hayatilah keimanan terhadap rasul
dan ambillah hikmahnya ke dalam kehidupanmu sehari-hari!
5. Akhirilah pelajaran dengan
membaca doa agar ilmu yang diperoleh menjadi berkah!
Kata
rasul berasal dari bahasa Arab, rasulun yang artinya utusan. Menurut
istilah, rasul adalah manusia mulia yang dipilih Allah untuk menerima w untuk
diamalkan sendiri dan wajib disampaikan kepada umatnya, sedangkan nabi adalah
manusia mulia yang dipilih Allah untuk menerima wahyu agar diamalkan oleh
dirinya, tetapi tidak wajib menyampaikannya kepada umatnya. Maksud dari beriman
kepada rasul adalah meyakini bahwa mereka adalah orang yang diutus dan
ditugaskan Allah untuk menyampaikan ajaran kepada umatnya sebagai pedoman bagi
kehidupan.
A. Fungsi Iman kepada Rasul Allah
Para nabi dan rasul sebagai
khalifah Allah di bumi mengemban tugas untuk menerima informasi tentang
peraturan Allah dan menyampaikannya kepada umat manusia agar terjadi
keharmonisan dalam kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu,
para rasul mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut.
1.
Membawa
berita gembira atau peringatan kepada umatnya.
2.
Menyuruh
umat untuk menyembah hanya kepada Allah dan senantiasa bertakwa kepada-Nya.
3.
Menyeru
pada umat untuk beriman kepada Allah tanpa pengkultusan terhadap para rasul
itu.
4.
Mengajarkan
seluruh umat agar senantiasa mempelajari kitab suci yang diturunkan kepada
rasul sebagai pedoman hidupnya.
Tugas seorang rasul dalam
menyampaikan misinya pasti sangat berat. Oleh karena itu, Allah membekali
mukjizat kepada mereka yang berfungsi sebagai bukti atas kerasulan dan sebagai
senjata dalam menghadapi musuh-musuh yang menentang. Beriman kepada rasul
berfungsi sebagai berikut.
1.
Untuk
lebih mengenal dan mempercayai Rabb (Tuhan) yang menciptakan seluruh
makhluk.
2.
Meyakini
bahwa kita hanya patut menyembah kepada-Nya serta mempercayai kebenaran ajaran
yang dibawa oleh rasul-Nya.
3.
Mengikuti
dan meneladani perilaku rasul dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita akan
mendapatkan rahmat dari Allah swt. sebagaimana firman-Nya.
Artinya:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (QS Al Anbiya: 107).
4.
Agar
manusia lebih mengenal hakikat dirinya bahwa manusia diciptakan Allah adalah
untuk mengabdi dan menyembah kepada Allah swt.
Artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (QS Az Zariyat: 56).
5.
Rasul
mengajarkan kepada manusia untuk tidak saling berselisih, mendengki, membenci,
bermusuhan, dan berbuat kerusakan, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia
maupun alam semesta.
6.
Allah
mengutus para nabi dan rasul untuk meneruskan perjuangan untuk melestarikan
aturan-aturan Allah di setiap zaman demi kebaikan manusia itu sendiri.
DISKUSIKAN
Menurut Anda, mata
rantai ajaran apakah yang menyatukan seluruh nabi dan rasul yang diyakini
keberadaannya dalam Islam?
B. Sikap Mengimani Rasul Allah
Para rasul memiliki empat sifat
wajib, empat sifat mustahil, dan satu sifat jaiz. Sifat wajib bagi rasul adalah
sebagai berikut.
1.
Siddik
(benar)
2.
Amanah
(dapat dipercaya).
3.
Fatanah
(cerdas).
4.
Tablig
(menyampaikan).
Adapun sifat mustahil bagi rasul
adalah sebagai berikut.
1. Kizib (berbohong)
2. Khianat (berkhianat)
3. Baladah (bodoh
4. Kitman (menyembunyikan)
Sifat jaiz bagi rasul adalah wuqu’u
a'radil basyariyyah yang artinya bahwa rasul akan mengalami atau merasakan
sesuatu sebagaimana manusia biasa, seperti makan, minum, tidur, berjalan,
berumah tangga, beranak istri, mempunyai kawan, dan mengalami kemenangan maupun
kekalahan dalam perjuangan hidup.
RISALAH Al
Quran menerangkan tentang Nabi Khidir sebagai salah satu nabi dan hamba Allah
yang saleh, khususnya dalam Surah Al Kahfi Ayat 60-82. Meski namanya hanya
disebut sebagai ‘Abd’ yang berarti hamba, para ahli tafsir sepakat bahwa sosok
Nabi Khidirlah yang dimaksud dalam ayat tersebut. Pesan moral yang terkandung
di dalamnya antara lain meyakini kenabian, teguh memegang komitmen atau janji,
tidak bersikap su'uzan, dan mampu bersikap sabar.
Selain memiliki sifat-sifat
tersebut para rasul memiliki hal yang sangat esensial (mendasar) yang menjadi
bukti atas kerasulannya, yaitu mukjizat. Mukjizat adalah suatu keajaiban yang
sangat luar biasa yang diberikan Allah swt kepada
para rasul yang tidak bisa ditiru oleh siapa pun. Dengan demikian, akan mudah
sekali untuk membedakan mana yang sebenarnya rasul dan mana yang bukan.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat
kita lihat tidak sedikit orang yang menyatakan kekagumannya, kehormatan, dan
kecintaannya kepada rasul dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1.
Dengan
memuliakan dan senantiasa mengucapkan salawat kepadanya.
2.
Mengerjakan
segala sesuatu yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan Allah yang
diajarkan oleh para rasul. Firman Allah swt.
Artinya:
“Apa saja harta rampasan (fa'i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang
berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk Allah, rasul kerabat rasul,
anak-anak yatim, orangorang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan
supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu. Apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS Al Hasyr: 7).
3. Meyakini kebenaran yang ada dalam
Al Quran. Firman Allah swt.
Artinya:
"Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula)
yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa
suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah
datangperintahAllah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu
rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (QS Al
Mukmin:78).
Jumlah rasul yang wajib diketahui
oleh setiap orang mukmin adalah 25 orang sebagaimana yang namanya tercantum
dalam Al Quran, tetapi di luar itu masih ada rasul-rasul yang tidak disebutkan
namanya. Kedua puluh lima rasul tersebut adalah sebagai berikut.
1. Adam 6. Ibrahim 11. Yusuf 16. Ilyasa 21. Yunus
2. Idris 7. Luth 12.
Ayyub 17. Zulkifli 22. Zakaria
3. Nuh 8. Ismail 13.
Syuaib 18. Daud 23. Yahya
4. Hud 9. Ishak 14. Harun 19. Sulaiman 24. Isa
5. Saleh 10. Ya kub 15. Musa 20. Ilyas 25. Muhammad saw.
Di antara ke-25 rasul tersebut,
ada rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi artinya memiliki ketabahan dan
keuletan yang luar biasa dalam melaksanakan perjuangan untuk menegakkan
kebenaran dari Allah swt. Mereka adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi
Isa, dan Nabi Muhammad saw.
TUGAS
Berikanlah
penjelasan mengenai sifat wajib bagi para rasul, yaitu siddik, amanah, tablig,
dan fatanah serta contoh konkrit pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari
(masing-masing dua contoh)!
C. Penghayatan Iman kepada Rasul
Allah
Para rasul diutus Allah di muka
bumi untuk menyampaikan wahyu dari Allah, yaitu mengajak dan memberi peringatan
kepada umatnya agar mereka beriman kepada Allah dan mengerjakan apa yang
diperintahkan dan menjauhi semua yang dilarang-Nya. Bila mereka mau
menerimanya, maka mereka akan selamat hidupnya di dunia dan di akhirat. Akan
tetapi, apabila mereka tidak mau beriman, maka mereka akan mendapatkan siksa
yang amat pedih. Firman Allah swt.
Artinya:
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran, sebagai pembawa
berita gembira, dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun
melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan." (QS Fatir:
24).
Oleh karena itu, keberadaan rasul
di muka bumi adalah untuk menjadi teladan yang baik (uswatun hasanah)
bagi umatnya. Segala gerak-geriknya atau tingkah lakunya menunjukkan sikap
kebenaran yang hanya berdasarkan firman Allah. Keteladanan rasul ini dinyatakan
dalam firman Allah swt. berikut ini.
Artinya:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu surf teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS AI Ahzab: 21).
Tugas berat para rasul yang pasti
disandang dalam menyebarkan ajarannya, antara lain sebagai berikut.
1. Membimbing dan menyampaikan
perintah Allah agar umatnya senantiasa melaksanakan perintah-perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.
2. Menjelaskan kepada umatnya atas
hal-hal yang dapat menyelamatkan hidupnya di dunia maupun akan membahagiakan
kehidupannya di akhirat.
3. Berjihad dan berjuang untuk
menegakkan agama Islam agar senantiasa dihayati dan diamalkan oleh seluruh umat
manusia.
Meski demikian, dalam
menyampaikan wahyu kepada umatnya, tidak jarang para rasul tersebut mendapatkan
tantangan, penghinaan, bahkan siksaan. Akan tetapi, rasul tersebut berjuang
tanpa mengenal lelah. Perjuangan mereka sangat patut untuk kita teladani.
TUGAS
Tangga! 12 Rabiul
awal kita memperingati hari kelahiran Rasulullah saw. Jelaskanlah makna yang
terkandung di dalamnya dan bagaimana cara terbaik dalam memperingati hari
tersebut!
IJTIMA Kata rasul berasal dari kata
rasulun yang artinya utusan. Menurut istilah, rasul adalah manusia mulia yang
dipilih Allah untuk menerima wahyu untuk diamalkan sendiri dan wajib
disampaikan kepada umatnya, sedangkan nabi adalah manusia mulia yang dipilih
Allah untuk menerima wahyu agar diamalkan oleh dirinya, tetapi tidak wajib
menyampaikannya kepada umatnya.
Fungsi mereka
antara lain membawa berita gembira atau peringatan kepada umatnya, menyuruh
umat untuk menyembah hanya kepada Allah dan senantiasa bertakwa kepada-Nya,
menyeru pada umat untuk beriman kepada Allah tanpa pengkultusan terhadap para
rasul itu, dan mengajarkan seluruh umat agar senantiasa mempelajari kitab suci
yang diturunkan kepadanya sebagai pedoman hidupnya.
Sikap beriman
kepada rasul dapat diwujudkan antara lain dengan memuliakan dan senantiasa
mengucapkan salawat kepadanya, mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan
dan menjauhi segala larangan Allah yang diajarkan oleh para rasul, dan meyakini
kebenaran yang ada dalam Al Quran.
Ringkasan Materi 5
TARTILAN
Bacalah ayat-ayat berikut dengan tartil dan renungkanlah maknanya serta
perhatikan adab dan sopan santun membaca Al Qur’an.
·
Q. S. Al
Baqarah ayat 148
· Q.S. Al Fatir,
32-33
·
Q.S.
Al Alaq; 1-5
2.Terjemahan
ayat
Terjemahan Q.S. Al Baqarah, 2 :
148 adalah :
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap
kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan
mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
3. Kandungan
o
Setiap
umat mempunyai kiblat / syariat atau aturan masing-masing. Bagi umat Islam
kiblatnya adalah Ka’bah sebagai pusat menghadap ketika salat.
o
Kaum
muslimin hendaknya giat beribadah, beramal, bekerja, dan berlomba-lomba dalam
kebaikan.
o
Pada hari Kiamat nanti Allah SWT akan mengumpulkan setiap
umat manusia. Pada saat itu, manusia
akan diadili dengan seadil-adilnya tentang perbuatan yang mereka lakukan ketika
di dunia. Manusia akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah mereka
kerjakan. Pada saat itu pula akan
diketahui siapa di antara mereka yang paling benar dan paling baik amalnya.
4. Penjelasan
Qur’an
Surat Al Baqarah terdiri dari 286 ayat diturunkan di Madinah yang sebagian
besar diturunkan pada permulaan tahun Hijriyah, kecuali ayat 281 diturunkan di
Mina pada Haji Wada’ (haji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). Seluruh ayat
dari surat Al Baqarah termasuk ayat Madaniyah, merupakan surat yang terpanjang
diantara surat-surat Al qur’an yang di dalamnya terdapat pula ayat yang
terpanjang, yakni ayat 282. Surat ini
dinamai surat “Al Baqarah” karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan
sapi yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil ( lihat : ayat 67 – 74 ),
dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. Surat Al Baqarah dinamai
pula surat Fusthaatul Qur’an artinya
puncak Al Qur’an karena memuat
beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain.
Pada
surat Al Baqarah 148 dijelaskan bahwa manusia di alam ini telah terjadi
golongan-golongan dimana mereka telah meyakini kebenaran aturan dan syare’atnya
masing-masing seperti : golongan Islam, Nasrani, Yahudi, Budha, Hindu dan umat
lainnya. Namun bagi umat Islam haruslah yakin bahwa syare’at Islam adalah
syare’at yang benar karena kebenaran syare’at Islam itu telah ditetapkan
kebenarannya oleh Allah dan dinyatakan agama yang paling benar pula sebagaimana
firman-Nya dalam Q.S. Ali Imran : 19 yang artinya :”Sesungguhnya agama (yang diridoi ) di sisi Allah hanyalah Islam”. Pada
ayat lain Q.S. Ali Imran ayat 85 juga dijelaskan yang artinya :”Barang siapa mencari agama selain agama
Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan
dia di akherat termasuk orang-orang yang rugi”.
Kata
kiblat berarti arah yang dituju umat Islam dalam melaksanakan ibadah salat.
Namun kiblat bisa diartikan sebagai syari’at, agama, undang-undang atau
peraturan yang dijalani oleh manusia.
Ada
sejarah umat Islam yang dahulunya menghadap kiblat ke Baitul Maqdis di
Yerussalem ketika melaksanakan ibadah salat. Kemudian beralih ke Baitullah
Ka’bah di Makkah setelah mendapatkan perintah Allah yang tercantum dalam Q.S.
Al Baqarah ayat 144 yang artinya : “Sungguh
kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit (berdo’a dan menunggu-nunggu
turunnya wahyu), maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu
sukai. Palinglah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada,
palinglah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (yahudi dan Nasrani)
yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke
Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya. Dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang mereka kerjakan”.
Umat
Islam dan umat manusia pada umumnya diperintahkan untuk berlomba- lomba berbuat
kebajikan yaitu melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat untuk
kesejahteraan umat manusia baik lahiriyah maupun bathiniah, seperti
berlomba-lomba mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran hidup di
dunia, bukan sebaliknya yang digunakan untuk menyengsarakan atau mengancam
kelangsungan kehidupan manusia.
.
4.
Terjemahan ayat
Terjemahan
Q.S. Faatir, 35 : 32 adalah :
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang
Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi
diri sendiri; ada yang pertengahan; dan
ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan *) dengan izin Allah.
Yang demikian itu adalah karunia yang besar.
*)
menzalimi diri sendiri ialah orang yang
lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya, dan “ pertengahan “ ialah orang
yang kebaikannya berbanding sama dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud
dengan “ orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan” ialah orang-orang yang
kebaikannya sangat banyak dan sangat jarang berbuat kesalahan.
5. Kandungan
o
Allah
SWT mewariskan Kitab suci Al Qur’an kepada hamba-hambanya yang terpilih yaitu
umat Islam.
o
Sikap umat Islam terbagi menjadi tiga golongan, yaitu 1).
golongan yang mengamalkan agamanya, tetapi juga masih lebih banyak berbuat
kejahatan/buruk; 2) golongan yang dalam pertengahan yaitu amal
kebajikannya berbanding dengan amal
keburukannya; 3) golongan selalu berbuat kebajikan sehiangga dalam beramal
selalu mendahulukan kebajikan dan menghindarkan berbuat jahat/dosa.
o
Golongan umat Islam yang senantiasa dapat beramal baik
yang lebih banyak, mereka itulah yang mendapatkan karunia besar dari Allah SWT.
6.
Penjelasan
Qu’an surat Faatir terdiri
atas 45 ayat, termasuk golongan surat-surat Makiyah, diturunkan sesudah surat
Al Furqan. Kata Faatir berarti
“ pencipta “ ada hubungannya dengan perkataan “ Faatir “ yang terdapat
pada ayat pertama surat ini. Pada ayat tersebut bahwa Allah adalah Pencipta
langit dan bumi. Pencipta malaikat-malaikat, Pencipta semesta alam yang
semuanya itu adalah bukti atas kekuasaan dan kebesaran-Nya.
Maksud kelompok dholimun
linafsihi atau kelompok yang menganiaya diri itu adalah kelompok yang
mengaku beragama Islam tetapi lebih banyak melakukan perbuatan kejahatan dan
dosa dari pada kebaikannya. Kelompok ini adalah termasuk golongan yang merugi, nanti di akherat akan
ditempatkan di neraka dan akan memperoleh siksa karena perbuatan dosanya. Namun
setelah mereka disiksa sesuai dengan kesalahan dan dosanya, mereka akan
mendapatkan ampunan dari Allah karena keimanannya sehingga dikeluarkan dari api
neraka. Hal ini berdasarkan hadis Rosulullah yang artinya :” akan keluar
dari neraka siapa saja yang mengucapkan LAAILAAHA ILLALLAH, sedangkan dalam
hatinya (hanya) ada kebaikan sebesar debu” (H.R. Buchori – Muslim, dan Tirmidzi)
Maksud kelompok muqtashid yakni, kelompok yang ada dipertengahan adalah
kelompok umat Islam yang perbuatan baiknya sebanding dengan perbuatan jahatnya.
Kelompok ini akan ditempatkan di A’raf yaitu tempat antara surga dan neraka.
Kemudian beberapa waktu yang telah ditetapkan Allah golongan ini lalu
dimasukkan ke dalam surga.
Sedangkan kelompok saabiqun
bil khoirooti adalah kelompok umat Islam yang lebih dahulu berbuat
kebajikan, mereka gemar berbuat kebaikan, tidak mau berbuat kejahatan atau
dosa. Kelompok ini akan memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akherat. Di akherat akan ditempatkan di surga Adn
dengan segala fasilitas-fasilitasnya, seperti yang diterangkan dalam Q.S. Al
Fathir ayat 33 yang artinya : “(Bagi mereka) surga Adn, mereka masuk ke
dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiyasan dengan gelang-gelang dari emas,
dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya dari sutera”
1. Bacaan dan Penjelasan Tajwid
Ø
Bacalah ayat berikut dengan tartil dan fasih. Kemudian
salin kembali dengan benar dan baik.
2.
Terjemahan ayat
Terjemahan Q.S. Al; Mujadilah 58 : 11
adalah :
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan
kepadamu, “ Berilah kelapangan di dalam majlis-majlis,” maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,
”Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat)
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat. Dan
Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (11)
3. Kandungan Ayat
o
Allah
SWT menyuruh kepada orang yang beriman agar memberikan kelapangan dan
kelonggaran kepada orang lain dalam majlis ilmu, majlis zikir, dan segala
majlis yang sifatnya mentaati Allah SWT dan Rosul-Nya.
o
Apabila
disuruh bangun untuk melakukan hal-hal yang baik dan diridloi Alah, maka
penuhilah suruhan tersebut.
o
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman
dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat yang tinggi.
- Penjelasan
Qur’an
surat Al Mujadilah adalah surat yang ke 58 terdiri dari 22 ayat, termasuk
golongan surat Madaniyah. Surat ini dinamai “ Mujadillah “ berarti wanita yang
mengajukan gugatan. Karena pada awal surat ini disebutkan bantahan seorang
perempuan, menurut riwayat bernama Khaulah binti Tsa’labah terhadap sikap
suaminya yang telah menziharnya.
Hal ini diajukan kepada Rosulullah SAW dan dia menuntut supaya beliau
memberikan putusan yang adil dalam persoalan itu.
Dalam Q.S. Al Mujadillah ayat
11 yang isinya antara lain berkaitan dengan adab dan sopan santun yang harus
dilakukan ketika berada dalam Majlis-majlis yang mengajak berbuat baik untuk
taat kepada Allah SWT dan Rosul-Nya seperti, Majlis taklim, Majlis zikir,
Majlis salat berjama’ah dan Majlis-majlis ilmu lainnya. Tata krama yang seharusnya dilakukan itu
seperti memberi kelapangan bagi siapa saja yang hendak bergabung di dalam
majlisnya, menghormati dan memperlakukannya sebagai anggota sebagaimana
mestinya, bertutur kata yang baik dan santun, dan lain-lain. Ketika diperintah
untuk melakukan hal-hal yang baik maka segeralah memenuhinya, begitu pula jika
diperintah untuk meninggalkan perbuatan yang buruk maka segeralah
meninggalkannya. Adapun hal-hal yang baik dan diridohi Allah adalah segala
perintah yang ada dalam Al Qur’an seperti salat, zakat, haji, menuntut ilmu,
berjihad dijalan Allah, membiasakan perilaku akhlakul karimah dan lain
sebagainya. Sedangkan perkara yang buruk yang harus ditinggalkan maka segeralah
ditinggalkannya, seperti larangan berzina, mencuri, minuman keras, dan
lain-lain.
Allah akan mengangkat derajat
orang-orang beriman yang taat dan patuh kepada-Nya, serta orang-orang berilmu
yang mengamalkan ilmunya itu demi menegakkan kalimatullah. Beriman berarti
meyakini bahwa Allah adalah zat yang menentukan kehidupan semua makhluk yang
terangkum dalam rukun iman yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul,
hari kiamat, dan qada qadar. Berilmu berarti mempunyai pengetahuan dari segala
disiplin ilmu yang berkembang dari masa ke masa. Ilmu yang benar adalah ilmu pengetahuan yang
tidak bertentangan dengan isi dan kandungan Al Qur’an. Jika bertentangan dengan
Al Qur’an maka ilmu itu dianggap salah.
5.
Terjemahan ayat
Terjemahan Q.S. Al; Jumu’ah, 62 : 9-10
adalah :
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseur
untuk melaksanakan salat pada hari jum’ah, maka segeralah kamu mengingat Allah
dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. (9)
Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu
di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu
beruntung. (10)
6.
Kandungan Ayat
o
Seruan Allah SWT kepada orang-orang yang beriman agar
melakukan keseimbangan antara kewajiban dalam beribadah dan bekerja. Ketika
terdengar suara azan untuk menunaikan salat maka segeralah menunaikannya dan ditinggalkanlah segala aktivitas
keduawiaan.
o
Umat Islam yang telah selesai melaksanakan ibadah salat
diperintah Allah SWT untuk berusaha dan bekerja agar memperoleh karunia-Nya. Karunia
itu bisa berupa harta benda, kesehatan, pengetahuan, kedamaian dan
kesejahteraan.
o
Umat Islam dianjurkan senantiasa untuk ingat kepada Allah
SWT dimana saja, kapan saja dan dalam situasi yang bagaimanapun pula agar
selalu zikrullah. Jika mereka dapat melakukan yang demikian itu maka
merekalah yang akan memperoleh
keberuntungan berupa kebahagian dan ketenangan hidup.
7.
Penjelasan
Qur’an surat Al
Jumu’ah merupakan surat yang ke 62
terdiri dari 11 ayat, termasuk surat-surat Madaniyyah. Dinamakan surat “Al
Jumu’ah” diambil dari kata Al Jumu’ah
yang terdapat pad ayat 9 surat ini yang artinya “hari Jum’ah”.
Pada ayat yang ke 9 – 10 pada surat Al Jum’ah mengajarkan
kepada kita tentang keseimbangan dalam beribadah dan bekerja. Di dalam
beribadah Allah menyuruh agar senantiasa ibadah itu dilaksanakan dengan khusyu’
dan tepat waktu. Sehingga diwaktu menunaikan
ibadah diharapkan dilaksanakan dengan memenuhi rukun dan
syarat-syaratnya dengan baik. Seorang Mukmin dan Mukminat dilarang berbuat
syirik dan berniat dalam beribadah selain untuk mencari rida Allah.
Begitu pula ketika bekerja diperintahkan untuk bekerja
keras, penuh keuletan, ketekunan, kesabaran dan kreatif. Apabila hal itu
dilaksanakan dengan baik maka manusia akan memperoleh hasil kerja yang baik
pula. Namun manusia diperingatkan ketika bekerja janganlah melupakan beribadah,
dan sebaliknya ketika selesai ibadah jangan melupakan urusan duniawinya.
Materi 6
A.
Awal Berdirinya Bani Abbasiyah
Kekuasaan
Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.
Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah
keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia
dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada
tanggal 3 Rabiul awal 132 H.
Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan
diseluruh negeri. Pasukan Marwan ibn Muammad (pasukan Dinasti Umayyah) melawan
pasukan Abdul Abbas. Pemberontakan
tersebut terjadi akibat ketidak puasan mereka tehadap khalifah-khalifah
sebelumnya. Dan akhirnya di menangkan oleh pasukan Abbas. Pasukan pemberontak terdiri dari kalangan
Khawarij, Syi’ah, Mawali, dan Bani Abbas.
Para Mawali bekerja sama dengan
Bani Abbas, komando tertinggi gerakan Bani Abbas tidak menyisakan keluaga
Umayah, karena perburuannya terhadap keluarga Umayyah itu, ia dijuluki dengan
As-Safah yang berarti”yang menumpahka darah”.
Abu Abbas kemudian didaulat menjadi
khalifah pertama Bani Abbasiyah. Tahun 750 M diproklamasikan berdirinya
pemerintahan Bani Abbasiyah di Kufah. Khalifah petamanya adalah Abu Abbas Ash
Shaffah yang di baiat di Masjid Kufah.
B.
Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan
Masa Bani
Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The
Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik
dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang
berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan
buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan
cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di
berbagai disiplin ilmu pengetahuan
Pemerintah Bani Abbasiyah berkuasa
selama 5 abad, yaitu dari tahun 750-1258 M. Pada awalnya pusat pemerintahan di
kota kufah kemudian pindah ke Hira lalu ke Abar (Hasyimiyah) dan akhirnya ke
Baghdad. Baghdad adalah ibu kota pemerintah Bani Abbasiyah yang paling
strategis, kota ini di bangun oleh Abu ja’far al Mansur dengan bentuk bulat,
arsitek pembangunan adalah Hajjaj bin Art dan Amron bi Wahdah. Baghdad menjadi
kota internasional dan disebut sebagai kota seribu malam.
Ahli sejarah membagi pemerintahan
bani Abbasiyah menjadi 5 priode yang didasarkan pada kondisi politik
pemerintahan.
a.
Periode
Pertama (tahun 750 – 847 M)
Pada periode ini terdapat pengaruh persia
yaitu masuknya keluarga Barmak dalam pemerintahan Bani Abbasiyah dan dalam
bidang ilmu pengetahuan. Puncak kejayaan terjadi pada periode ini yaitu ketika
di pinpin oleh khalifah Harun Al Rasyid. Semua sektor perekonomian maju, ilmu
pengetehuan berkembang pesat sehingga rakyat menjadi sejahtera.
b.
Periode
kedua (tahun 874 – 945 M)
Bangsa Turki yang menjadi tentara
mulai mendominasi pemerintahan Bani Abbasiyah. Mereka memilih dan menentukan
khalifah sesuai dengan kehendaknya. Pada masa ini Bani Abbasiyah mulai
mengalami kemunduran.
c.
Periode
ketiga (tahun 945 – 1055 M)
Pada masa Bani Abbasiyah di bawah
kekuasaan Bani Buwaihi. Khalifah posisinya makin lemah hanya seperti pegawai
yang digaji saja karena Bani Buwaihi berpaham Syi’ah sedangkan Bani Abbasiyah
berpaham Sunni.
d.
Periode
keempat (tahun 1055 – 1199 M)
Periode ini ditandai dengan masuknya
Bani Saljuk dalam pemerintahan Bani Abbasiyah karena telah mengalahkan Bani
Buwaihi. Keadaan khalifah mulai membaik terutama bidang agama karena Bani
Saljuk dengan Bani Abbasiyah sama-sama sepaham Sunni.
e.
Periode
kelima (tahun 1199 – 1258 M)
Pemerintahan Bani Abbasiyah tidak
berada di bawah kekuasaan siapapun tetapi wilayah kekuasaannya hanya tinggal Baghdad
dan sekitarnya. Pada tahun 1258 M, tentara Mongol dipinpin oleh Hulagu Khan
masuk kota Baghdad menghancurleburkan kota Baghdad dan isinya, sehingga
berakhirlah Bani Abbasiyah
Sebenarnya
zaman keemasan Bani Abbasiyah telah dimulai sejak pemerintahan pengganti
Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur yaitu pada masa Khalifah Al-Mahdi (775-785 M) dan
mencapai puncaknya di masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Di
masa-masa itu para Khalifah mengembangkan berbagai jenis Kesenian, terutama
kesusastraan pada khususnya dan kebudayaan pada umumnya. Berbagai buku bermutu
diterjemahkan dari peradaban India maupun Yunani. Dari India misalnya, berhasil
diterjemahkan buku-buku Kalilah dan Dimnah maupun berbagai cerita Fabel yang
bersifat anonim.
Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya pada
bidang sastra dan seni saja juga berkembang Ilmu-ilmu Naqli dan Ilmu Aqli.
Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar dalam sejarah ilmu pengetahuan,
dalam ilmu bahasa muncul antara lain Ibnu Malik At-Thai seorang pengarang buku
nahwu yang sangat terkenal Alfiyah Ibnu malik, dalam bidang sejarah muncul
sejarawan besar Ibnu Khaldun serta tokoh-tokoh besar lainnya yang memiliki
pengaruh yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.[1][5]
C.
Bidang Perkembangan/Keemasan
Islam Pada Zaman Abbasiyah.
1. Perkembangan
Intelektual.
Secara garis
besar Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada
masa pemerintahan Harun ar-Rasyid. Hal ini dapat dilihat dari adanya gerakan
penerjemahan buku dari berbagai bangsa dan bahasa. Sehingga dengan gerakan
penerjemahan buku tersebut, lahirlah para tokoh Islam sesuai dengan
keahliannya.
a.
Ilmu Umum
1) Ilmu Filsafat:
a)
Al-Kindi
atau Abu Yusuf Ya’qub Bin Ishak ( 809-873 M), seorang filsuf bangsa Arab.
b)
Al
Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
c)
Ibnu Maskawai (wafat tahun 523 H).
d)
Ibnu
Shina ( 980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain
e)
Al
Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al-Munqizh
Minadl-Dlalal ,Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin, dan
lain-lain.
f)
Ibnu Rusd
(1126-1198 M). Karangannya: Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah, dan
lain-lain.
2)
Bidang Kedokteran
a)
Ali
bin Rabban At Torabi. Merupaka dokter pribadi khalifah Al Mutawakkil yang
menulis buku Firdaus.
b)
Ali
bin Abbas Al Majusi, salah satu karyanya adalah Al kitab Al Maliki.
c)
Ibnu Sina, ia
disebut oleh kaum muslimin sebagai pangeran dokter.
d)
Ar
Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak
yang diterjemahkan dalam bahasa latin.[2][6]
3)
Bidang Matematika
a)
Umar Al
Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
b)
Al
Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).
4).
Bidang Astronomi
Berkembang subur di kalangan umat Islam,
sehingga banyak para ahli yang terkenal dalam perbintangan ini seperti :
a)
Al Farazi :
pencipta Astro lobe
b)
Al
Gattani/Al Betagnius
c)
Abul
wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
d)
Al
Farghoni atau Al Fragenius.
2.
Perkembangan
Peradaban di Bidang Fisik
Perkembangan
peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upaya-upaya
dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari
bangunan – bangunan yang berupa:
a) Kuttab
b) Majlis
Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga
untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
c) Darul Hikmah,
Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan
perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.
d) Masjid
e) Pada masa Daulah
Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi:
pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah
Mansyur.
3.
Perkembangan
peradaban di bidang politik dan pemerintahan
Dalam
menjalankan roda pemerintahan Khalifah Dinasti Abbasiyah mengangkat menteri
(wasir) dan membentuk kementrian (wizarat). Menteri adalah pembantu utama
khalifah, ia berhak mengangkat dan memecat pegawai. Khalifah juga mengangkat
hakim yang bertugas menyelesaikan masalah muamalah. Untuk membantu lancarnya
kepemerintahan dibentuklah Diwanul Kitabah (Sekertariat Negara) dengan dibantu
oleh : katibur Rasail, katibul Kharraj, katibul Jund, katibul Syurthan, katibul
Qada’.
Selain itu, juga
dibentuk departemen-departemen yang dikepalai oleh menteri,
departemen-departemen itu antara lain : diwan al kharraj, diwan az-Ziman, diwan
al jund, diwan barid, diwan ar Rasail. Dalam pemerintahan dinasti Umayyah ada
juga yang disebut hajib, yang bertugas mengawasi dan memberikan persetujuan
terhadap program kerja menteri. Wilayah Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi
beberapa provinsi yang dinamakan imarat, gubernurnya bergelar Amir.
4.
Bidang
Militer
Militer Dinasti
Abbasiyah terdiri atas tiga bagian, yaitu pasukan pemanah, pasukan infanteri,
dan pasukan berkuda/kavaleri. Pasukan pemanah bersentakan anak panah dan
busurnya, tugas pasukan ini adalah mengacaukan musuh dari jarak jauh. Pasukan
invanteri bersenjatakan pedang, tombak, helm, dan tamengya. Mereka bertugas
memukul mundur pasukan musuh pada pertempuran jarak dekat. Pasukan berkuda
bersenjatakan pedang dan lembing, mereka bertugas mengobrak-abrik pertahanan
lawan melalui depan, samping, dan belakang. Selain pasukan-pasukan di atas ada
lagi pasukan pengawal khalifah, mereka ini pasukan elite yang bergaji tinggi.
Angkatan bersenjata Dinasti Abbasiyah
didominasi oleh orang Arabdan Persiah pada awalnya, namun pada tahun-tahun
selanjutnya didominasi oleh Arab, Turki, dan persiah. Dan masa sebelum berakhir
daulat ini pasukan bersenjatanya didominasi oleh Persiah dan Turki.[3][7]
Masa kejayaan
pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam yang
ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan
madrasah-madrasah formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam.
Pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya
dan menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum
muslimin.[4][8]
Adapun sistem pendidikan Islam pada masa
kejayaan meliputi :
1.
Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi,
kurikulum bukan hanya sekedar rencana pelajaran, tetapi semua yang secara nyata
terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Kurikulum dalam lembaga pendidikan
Islam pada mulanya berkisar pada bidang studi tertentu. Namun seiring
perkembangan sosial dan cultural, materi kurikulum semakin luas. Pada masa
kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah al-Quran
dan agama, membaca, menulis, dan berenang. Sedangkan untuk anak-anak amir dan
penguasa,
Kurikulum tingat rendah sedikit
berbeda. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya pengajaran ,ilmu
sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti
al-Quran, syair, dan fiqih. Setelah usai menempuh pendidikan rendah, siswa
bebas memilih bidang studi yang ingin ia dalami di tingkat tinggi.
Ilmu-ilmu agama mendominasi
kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid, dengan al-Quran
sebagai intinya. Ilmu-ilmu agama harus dikuasai agar dapat memahami dan
menjelaskan secara terperinci makna al-Quran yang berfungsi sebagai fokus
pengajaran.
2.
Metode Pengajaran
Dalam proses belajar mengajar,
metode pengajaran merupakan salah satu aspek pengajaran yang penting untuk
mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada para pelajar.
Metode pengajaran yang dipakai dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu
lisan, hafalan, dan tulisan. Metode lisan bisa berupa dikte, ceramah, dan
diskusi. Metode menghafal merupakan ciri umum dalam sistem pendidikan Islam
pada masa ini. Untuk dapat menghafal suatu pelajaran, murid-murid harus membaca
berulang-ulang sehingga pelajaran melekat di benak mereka. Sedangkan metode
tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama.
3.
Rihlah Ilmiyah
Salah satu ciri yang paling menarik
dalam pendidikan Islam di masa itu adalah sistem Rihlah Ilmiyah, yaitu
pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu[5][9].
Simpulan
Adapun yang
dapat saya simpulkan dari makalah ini, yaitu:
1. Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah
ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik
menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H, Setelah mengalahkan pasukan
Marwan ibn Muhammad(pasukan Dinasti Umayyah).
2. Masa Bani
Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The
Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik
dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang
berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan
buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang
melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi
baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
3. Bidang
Perkembangan/Keemasan Islam Pada Zaman Abbasiyah, terdiri dari a. perkembangan intelektual. b.
perkembangan peradaban dibidang
fisik,didalamnya terdapat bangunan-bangunan yang dipakai untuk menuntut
ilmu.seperti:kuttab,darul hikmah,masjid,dll. c. perkembangan peadaban dibidang
politik dan pemerintahan, dengan mengangkat menteri-menteri dan nenbentuk kementerian,
dan juga membentuk departemen-departemen yng di kepalai oleh menteri. d. bidang militer,terdiri dari:pasukan pemanah,
pasukan infanteri,dan pasukan berkuda
4. Masa kejayaan
pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam yang
ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan
madrasah-madrasah formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan
Islam. Pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan,
budaya dan menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek
budaya kaum muslimin.kebudayaan itu dipengaruhi oleh dua faktor,yakni faktor
intern(yang dibawa dari ajaran Islam itu sendiri) dan faktor ekstern(yang
dibawah luar ajaran Islam.
5. Sistem
pendidikan Islam terdiri atas tiga bagian,yaitu petama,Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau dipelajari oleh siswa.kedua, metode pengajaran, merupakan salah
satu aspek pengajaran yang penting untuk mentransfer pengetahuan atau
kebudayaan dari seorang guru kepada para pelajar. Ketiga, Rihlah Ilmiyah, yaitu
pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu.
[5][9] Dr. MA. Badrim
Yatim. Sejarah Pendidikan Islam pada Masa
Abbasiyah. ( Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2006), h. 101-102
thanks for information
BalasHapus