Khutbah Pertama
الحمد لله الّذي جعل شهر رمضان غَرّة
وجهِ العام. وأجزل فيه الفضائلَ والإنعامَ. وفضّل أيّامَه على سائر الأيّام. وعمّر
نهاره بالصيام. ونوّر ليله بالقيام. أحمده سبحانه وتعالى وأشكره على التوفيق
للإيمان والإسلام.
وأشهد
أن لا إله إلاّ الله وحده لا شريك له شهادة من قال ربّي الله ثم استقام. وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله أفضلُ من صلّى وصام. وأتقى من
تجهّد وقام.
اللهمّ
صلّ وسلّم وبارك على عبدك ورسولك النبيّ الأمّيّ سيّدِنا محمّدٍ خيرِ الأنامِ.
وعلى آله وصحبه مصابيحَ الظّام.
أما
بعد :
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
قال
تعالى : يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم
تتقون.
وقال
تعالى أيضا : ولا تباشروهنّ وأنتم عاكفون في المساجد
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Waktu seperti begitu cepat berlalu. Kita kini telah berada
di penghujung Ramadhan. Sekarang kita telah berada pada hari ke-21 Ramadhan,
yang artinya tinggal beberapa hari lagi bulan suci ini akan pergi. Kalau kita
perhatikan masyarakat di sekeliling kita, sebagian mereka bahkan mulai
disibukkan dengan hiruk pikuk Idul Fitri. Luapan kegembiraan sudah terasa.
Mall-mall menjadi padat. Lalu lintas lambat merayap. Banyak rumah berganti cat.
Baju baru dan makanan enak juga telah siap.
Jika demikian gempitanya masyarakat kita berbahagia di
penghujung akhir Ramadhan, tidak demikian dengan para sahabat dan salafus
shalih. Semakin dekat dengan akhir Ramadhan, kesedihan justru menggelayuti
generasi terbaik itu. Tentu saja kalau tiba hari raya Idul Fitri mereka juga
bergembira karena Id adalah hari kegembiraan. Namun di akhir Ramadhan seperti
ini, ada nuansa kesedihan yang sepertinya tidak kita miliki di masa modern ini.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Mengapa para sahabat dan orang-orang shalih bersedih ketika
Ramadhan hampir berakhir? Kita bisa menangkap alasan kesedihan itu dalam
berbagai konteks sebab.
Pertama, patutlah
orang-orang beriman bersedih ketika menyadari Ramadhan akan pergi sebab dengan
perginya bulan suci itu, pergi pula berbagai keutamaannya.
Bukankah Ramadhan bulan yang paling
berkah, yang pintu-pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup? Bukankah hanya
di bulan suci ini syetan dibelenggu? Maka kemudian ibadah terasa ringan dan
kaum muslimin berada dalam puncak kebaikan?
قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ
اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ
أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ
Telah
datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah
puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta para
syetan dibelenggu… (HR. Ahmad)
Bukankah
hanya di bulan Ramadhan amal sunnah diganjar pahala amal wajib, dan seluruh
pahala kebajikan dilipatgandakan hingga tiada batasan?
Semua
keutamaan itu takkan bisa ditemui lagi ketika Ramadhan pergi. Ia hanya akan
datang pada bulan Ramadhan setahun lagi. Padahal tiada yang dapat memastikan
apakah seseorang masih hidup dan sehat pada Ramadhan yang akan datang. Maka
pantaslah jika para sahabat dan orang-orang shalih bersedih, bahkan menangis
mendapati Ramadhan akan pergi.
Kedua, adalah
peringatan dari Rasulullah SAW bahwa semestinya Ramadhan menjadikan seseorang
diampuni dosanya. Jika seseorang sudah mendapati Ramadhan, sebulan bersama
dengan peluang besar yang penuh keutamaan, namun masih saja belum mendapatkan
ampunan, benar-benar orang itu sangat rugi. Bahkan celaka.
بَعُدَ مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ، فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
Celakalah seorang yang memasuki
bulan Ramadhan namun dia tidak diampuni (HR.
Hakim dan Thabrani)
Masalahnya adalah, apakah seseorang bisa menjamin bahwa
dirinya mendapatkan ampunan itu. Sementara jika ia tidak dapat ampunan, ia
celaka. Betapa hal yang tidak dapat dipastikan ini menyentuh rasa khauf para
sahabat dan orang-orang shalih. Mereka takut sekiranya menjadi orang yang
celaka karena tidak mendapatkan ampunan, padahal Ramadhan akan segera pergi.
Maka mereka pun menangis, meluapkan ketakutannya kepada Allah seraya bermunajat
agar amal-amalnya diterima.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَمَنَا
وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَتِلَا وَتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Wahai
Rabb kami… terimalah puasa kami, shalat kami, ruku’ kami, sujud kami dan
tilawah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
Para
sahabat dan orang-orang shalih bukan hanya berdoa di akhir Ramadhan. Bahkan,
konon, rasa khauf membuat mereka berdoa selama enam bulan agar amal-amal
di bulan Ramadhan mereka diterima Allah SWT. Lalu enam bulan setelahnya mereka
berdoa agar dipertemukan dengan Ramadhan berikutnya.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Perbedaan tashawur (paradigma, persepsi) dalam
memandang akhir Ramadhan itulah yang kemudian membawa perbedaan sikap antara
generasi sahabat dan generasi kita saat ini. Jika sebagian masyarakat, seperti
dikemukakan di atas, asyik berbelanja menyambut Idul Fitri, para sahabat asyik
beri’tikaf di sepuluh hari terakhir. Maka bisa kita bayangkan bahwa Madinah di
era Rasulullah di sepuluh hari terakhir Ramadhan layaknya seperti kota setengah
mati. Sebab para lelaki beri’tikaf di masjid-masjid. Bahkan begitu pula
sebagian para wanitanya.
Jika kita sibuk menyiapkan kue lebaran, para sahabat dan
salafus shalih sibuk memenuhi makanan ruhaninya dengan mengencangkan ikat
pinggang, bersungguh-sungguh beribadah sepanjang siang, terlebih lagi di waktu
malam.
Jika kita mengalokasikan banyak uang dan waktu untuk membeli
pakaian baru, para sahabat dan salafus shalih menghabiskan waktu mereka dengan
pakaian taqwa. Dengan pakaian taqwa itu mereka menghadap Allah di masjid-Nya,
berduaan dan bermesraan dalam khusyu’nya shalat, tilawah, dzikir, dan munajat.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Masih ada waktu bagi kita sebelum Ramadhan pergi. Masih ada
kesempatan bagi kita untuk mengubah tashawur tentang akhir Ramadhan. Maka
beberapa hari ke depan bisa kita perbaiki sikap kita.
Pertama, kita
lihat lagi target Ramadhan yang telah kita tetapkan sebelumnya. Mungkin target
tilawah kita. Masih ada waktu untuk mengejar, jika seandainya kita masih jauh
dari target itu. Demikian pula kita evaluasi ibadah lainnya selama 21 hari ini.
Lalu kita perbaiki.
Kedua, kita
lebih bersungguh-sungguh memanfaatkan Ramadhan yang tersisa sedikit ini.
Mungkin kita tak bisa beri’tikaf penuh waktu seperti para sahabat dan salafus
shalih itu. Namun jangan sampai kita kehil`ngan malam-malam terakhir Ramadhan
tanpa qiyamullail, tanpa beri’tikaf –lama atau sebentar- di masjid-Nya.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Bulan Ramadhan merupakan momentum peningkatan kebaikan bagi
orang-orang yang bertaqwa dan ladang amal bagi orang-orang shalih. Terutama,
sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Dari
ummul mukminin, Aisyah RA, menceritakan tentang kondisi Nabi SAW ketika
memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan:
عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – قَالَتْ كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ
وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ
Dari Aisyah RA berkata: “Rasulullah
SAW jika telah masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan menghidupkan malam,
membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggang”. (Muttafaq ‘alaih)
Apa rahasia perhatian lebih beliau
terhadap sepuluh hari terakhir Ramadhan? Paling tidak ada dua sebab utama:
Sebab pertama, karena sepuluh terakhir ini merupakan penutupan bulan
Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannya atau
akhirnya. Rasulullah SAW berdoa:
“اللهم اجعل خير عمري آخره وخير عملي
خواتمه وخير أيامي يوم ألقاك”
“Ya Allah, jadikan sebaik-baik
umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah
pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di mana saya
berjumpa dengan-Mu Kelak.”
Jadi, yang penting adalah hendaknya setiap manusia
mengakhiri hidupnya atau perbuatannya dengan kebaikan. Karena boleh jadi ada
orang yang jejak hidupnya melakukan sebagian kebaikan, namun ia memilih
mengakhiri hidupnya dengan kejelekan.
Sepuluh akhir Ramadhan merupakan pamungkas bulan ini,
sehingga hendaknya setiap manusia mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu
dengan mencurahkan daya dan upaya untuk meningkatkan amaliyah ibadah di
sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan ini.
Sebab kedua,
karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan merupakan turunnya lailatul
qadar, karena lailatul qadar bisa juga turun pada bulan Ramadhan
secara keseluruhan, sesuai dengan firman Allah swt.
إنا أنزلناه في ليلة القدر
“Sesungguhnya Kami telah turunkan
Al Qur’an pada malam kemuliaan.”
Allah SWT juga berfirman:
شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى
والفرقان
“Bulan
Ramadhan, adalah bulan diturunkan di dalamnya Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda -antara yang hak dan yang
batil-.”
Dalam
hadits disebutkan: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan di
dalamnya ada lailatul qadar, malam lebih baik dari seribu bulan.
Al
Qur’an dan hadits shahih menunjukkan bahwa lailatul qadar itu turun di
bulan Ramadhan. Dan boleh jadi di sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih lagi di
sepuluh terakhir Ramadhan. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
“التمسوها في العشر الأواخر من رمضان“.
“Carilah lailatul qadar di sepuluh
terakhir Ramadhan.”
Pertanyaan berikutnya, apakah lailatul qadar di seluruh
sepuluh akhir Ramadhan atau di bilangan ganjilnya saja? Banyak hadits yang
menerangkan lailatul qadar berada di sepuluh hari terakhir. Dan juga
banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar ada di bilangan ganjil
akhir Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda:
“التمسوها في العشر الأواخر وفي الأوتار”
“Carilah lailatul qadar di sepuluh
hari terakhir dan di bilangan ganjil.”
Oleh
karena itu, mari kita berlomba meraih lailatul qadar di sepuluh hari
terakhir Ramadhan, baik di bilangan ganjilnya atau di bilangan genapnya. Karena
tidak ada konsensus atau ijma’ tentang kapan turunnya lailatul qadar.
Di
kalangan umat muslim masyhur bahwa lailatul qadar itu turun pada tanggal
27 Ramadhan, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas, Ubai bin Ka’ab dan Ibnu Umar
radhiyallahu anhum. Akan tetapi sekali lagi tidak ada konsensus pastinya.
Sehingga
imam Ibnu Hajar dalam kitab “Fathul Bari” menyebutkan, “Paling tidak ada 39
pendapat berbeda tentang kapan lailatul qadar.”
Ada
yang berpendapat ia turun di malam dua puluh satu, ada yang berpendapat malam
dua puluh tiga, dua puluh lima, bahkan ada yang berpendapat tidak tertentu. Ada
yang berpendapat lailatul qadar pindah-pindah atau ganti-ganti, pendapat lain
lailatul qadar ada di sepanjang tahun. Dan pendapat lainnya yang berbeda-beda.
Untuk
lebih hati-hati dan antisipasi, hendaknya setiap manusia menghidupkan sepuluh
hari akhir Ramadhan.
Apa
yang disunnahkan untuk dikerjakan pada sepuluh hari akhir Ramadhan?
Adalah
qiyamullail, sebelumnya didahului dengan shalat tarawih dengan khusyu’.
Qira’atul Qur’an, dzikir kepada Allah, seperti tasbih, tahlil, tahmid dan
takbir, istighfar, doa, shalawat atas nabi dan melaksanakan kebaikan-kebaikan
yang lainnya.
Lebih
khusus memperbanyak doa yang ma’tsur Seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah:
اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
(Ya
Allah, Engkau Dzat Pengampun, Engkau mencintai orang yang meminta maaf, maka
ampunilah saya.” (Ahmad dan dishahihkan oleh
Al-Albani)
Patut
kita renungkan, wahai saudaraku: “Laa takuunuu Ramadhaniyyan, walaakin
kuunuu Rabbaniyyan. Janganlah kita menjadi hamba Ramadhan, tapi jadilah hamba
Tuhan.” Karena ada sebagian manusia yang menyibukkan diri di bulan Ramadhan
dengan ketaatan dan qiraatul Qur’an, kemudian ia meninggalkan itu semua
bersamaan berlalunya Ramadhan.
Kami
katakan kepadanya: “Barangsiapa menyembah Ramadhan, maka Ramadhan telah
mati. Namun barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak
akan pernah mati.”
Allah
cinta agar manusia taat sepanjang zaman, sebagaimana Allah murka terhadap orang
yang bermaksiat di sepanjang waktu.
Dan
karena kita ingin mengambil bekal sebanyak mungkin di satu bulan ini, untuk
mengarungi sebelas bulan berikutnya.
Kita
mungkin tidak bisa bersedih dan menangis sehebat para sahabat, namun selayaknya
kita pun takut sebab tak ada jaminan apakah amal kita selama 21 hari ini
diterima, begitu pula tak ada jaminan apakah kita dipertemukan dengan Ramadhan
tahun berikutnya. Lalu kita pun kemudian memperbaiki dan meningkatkan amal
ibadah serta berdoa lebih sungguh-sungguh kepada-Nya.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم. وتفعني وإياكم بما فيه من
الآيات والذكر الحكيم وتقبل الله منّي ومنكم تلاوته إنه هوالسميع العليم.
واستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
Khutbah Kedua
الحمد لله خالقِ الأنامِ وحاكمِ الحُكّامِ وعاجلِ النّورِ
والظلامِ. أشهد أن لا إله إلاّ الله وحده لا شريك له ذوالجلال والإكرام. وأشهد أن
محمّدا عبده ورسوله المبعوث بشرائع الإسلام.
اللهمّ صلّ وسلّم وبارك على محمّد وعلى آله وأصحابه الكرام
أما بعد : فيا عباد الله اتقوا الله تعالى فيما أمر وانتَهُوا
عمّا نهى عنه وحذّر. واعلموا أنّ الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه وثنّى بملائكته
بقدسه.
فقال تعالى ولم يزل قائما عليما : إن الله وملائكته يصلّون على
النبيّ يا أيّها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما.
اللهمّ صلّ وسلّم وبارك على سيّدنا محمّد سيّد المرسلين. وارض
اللهمّ عن أصحابه وقرابته وأزواجه وذرّيّته أجمعين.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ للْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوات وقاضي الحاجات.
اللهم ألّف بين قلوبنا وأصلح ذات بيننا واهدنا سبل السلام
ونجّنا من الظلمات إلى النور وجنّبنا الفواحش ما ظهر منها وما بطن من بلدنا هذا
خاصّة ومن بلدان المسلمين عامّة إنك على كلّ شيئ قدير.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْـمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ
الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ
الْـمُوَحِّدِيْنَ.
اللهمّ أرنا الحقّ حقه وارزقنا اتباعه وأرنا الباطل باطلا
وارزقنا اجتنابه
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ
لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فاذكروا الله
العظيم يذكركم واسئلوه من فضله يعطكم ولذكر الله أكبر.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar